Friday, April 14, 2006

 

Kemenangan Hari Nurani

Hari ini hari yang tidak akan dilupakan oleh Panji sepanjang hidupnya. Baru saja ia dinobatkan sebagai The Best Selling Performance 2005, sebuah penghargaan khusus untuk sales representative di area untuk seluruh wilayah kerja perusahaannya.

Ia merasa sangat bersyukur atas anugerah yang ia dapatkan. Di pesawat dalam perjalanan pulang, ia memandangi medali yang tadi disematkan oleh Direktur Utama kepadanya. Ia teringat keluarganya, teman-temannya dan seluruh orang yang telah bersama-sama membantunya meraih prestasi ini. Tetesan air hangat menetes dari sudut matanya.

Bukan hanya senang, Panji juga merasa ada kebahagiaan dalam hati nuraninya. Ia mengingat konsep the spirituality of marketing yang disampaikan Bang Idris. Semuanya sejalan dengan yang dialaminya.

Ini adalah kemenangan bagi dirinya. Kemenangan dalam hatinya.

Bukan kemenangan politik yang kami inginkan, namun yang paling penting adalah kemenangan hati nurani Bangsa Indonesia” demikianlah kalimat dalam sebuah tayangan iklan menjelang pemilu legislatif 2004 lalu oleh salah seorang presiden parpol yang sekarang meraup suara cukup banyak.

Hati Nurani. Terkait dengan perasaan. Rasa. Persoalan hati, spiritualitas, dan kearifan dalam persoalan hidup melekat dalam setiap aspek kehidupan. Bahkan menjadi falsafah baru. Dan demikianlah. Dunia marketing juga mengalami perkembangan yang sama: mengarah kepada rasa. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) atau loyalitas pelanggan (customer loyalty) bukan lagi sekedar mengkonsumsi produk semata, melainkan kepuasan dalam rasa, merasa puas batinnya, bukan hanya lahiriah.

Perkembangan pemasaran yang sangat global ternyata mengerucut pada hal-hal yang bersifat transendental, emosional dan spiritual. Pemasaran tidak lagi sekedar memperebutkan marke- share, namun juga mind-share, bahkan heart-share. Setidaknya itu menurut Hermawan Kertajaya. Atau memenangkan hati pelanggan dalam konsep Bisnis dengan Hati­-nya AA Gym atau resep Gay Hendricks dan Kate Ludeman dalam The Corporate Mystic.

Gede Prama juga mengajarkan untuk meraih sukses dengan manajemen hati sebagaimana ia mengajak para pebisnis untuk meniti “jalan-jalan cinta”. Hingga konsep spiritual marketing seperti God my CEO, Spirit of Samurai sampai ceramah-ceramah motivasi yang disampaikan Andre Wongso, Tung Desen Waringin, konsep Kaizen, Sun Tzu, Seven Habit-nya Steven Covey hingga Manajemen ESQ-nya Ary Ginanjar.

Para pengamat, praktisi, pakar pemasaran sampai manajemen makin mengarah pada heart-share dan spiritualitas. Marketing bukan lagi semata persoalan teknis, namun kearifan (wisdom).

Dan inilah hakikat dari kehidupan itu sendiri. Kebutuhan manusia untuk memenuhi kepuasan hati dan batinnya. Sekali lagi, bukan hanya kepuasan materi semata. Namun kepuasan hati nurani. Bukan hanya hati konsumen, namun juga hati sang pemasar. Inilah win win solution. Memenangkan pemasaran berarti memenangkan hati nurani.

(karimun/jm)


 

Not Selling but Problem Solving


Antin baru saja kembali. Memasuki kantor wajahnya terlihat cerah. Bahkan kelihatan seklai kalau sedang bahagia. Teman-temanya yang juga baru saja kembali dari pelanggannya masing-maisng menjadi heran. Ada apa gerangan.
“Aku baru saja membantu orang lain memecahkan persoalannya. Mr. Soeh adalah penanggungjawab keuangan perusahaan itu. Ia mendapat preasure dari perusahaan karena penggunaan biaya telekomunikasi dianggap terlalu tinggi. Tadi saya bertemu dengan beliau. Mulai bulan ini biaya yang dikeluarkan turun menjadi setengahnya bulan sebelumnya, setelah menggunakan jasa kita.” Jawab Antin ketika ditanya temannya.


Membantu orang lain memenuhi kebutuhan atau memecahkan persoalannya. Inilah hakikat penting penjualan. Dan inilah titik kepuasaan batin kita. Kepuasan batin sang penjual.

“Konsep pemasaran yang saya kenal adalah bagaimana memberikan kepuasan pelanggan, bukan kepuasan penjual, bagaimana ini?” tanya Jacky membuka diskusi.

“Tujuan akhir dari konsep, kiat dan strategi pemasaran adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya. Kepuasan pelanggan sepenuhnya bukan berarti memberikan kepada apa yang menurut kita keinginan dari mereka, tetapi apa yang sesungguhnya mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan. Atau secara singkat adalah memenuhi kebutuhan pelanggan” jawab Antin.

“Orientasi pelayanan yang hanya mengejar kepuasan pelanggan bisa jadi membawa implikasi ketidaknyaman pemasar secara pribadi. Mungkin benar ia menyadari pentingnya memenuhi kepuasan pelanggan dan memenangkan persaingan dengan memimpin pangsa pasar, namun apakah setiap individu dalam perusahaan yang bersangkutan juga merasakan kepuasan secara personal, ini masih menjadi pertanyaan. Tidak setiap kepuasan pelanggan akan mendatangkan kepuasan personal wiraniaga” sambung Panji.

“Lalu bagaimana?” Jacky berusaha mencari jawaban.

“Yang paling utama adalah menumbuhkan dari dalam diri kita. Kepuasaan pribadi secara instrinsik dapat diukur dari target yang ditetapkan dalam melakukan pekerjaan. Hal ini terkait dengan visi hidup kita. Jika visi hidup telah kita tetapkan sebagaimana visi spiritual yang dituangkan dalam konsep hidup kita, maka kepuasan yang kita rasakan akan melebihi kepuasan materi yang kita dapatkan.” Panji menjelaskan.

“Artinya,” Antin menyambung “Menjual bukan hanya mencari kepuasan penjual dalam mencapai targetnya, namun juga bagaimana pelanggan puas karena terpenuhi kebutuhannya. Selanjutnya kepuasan pelanggan juga akan menjadi kepuasaan diri sang penjual, karena ia telah berhasil membantu orang lain.”

Jacky terlihat mengerutkan kening, “Jadi, kita sebagai penjual bukan hanya terpenuhi materi karena tercapai target, tapi juga kepuasan batin dan spiritual kita. Telah membantu orang lain. Melakukan kebaikan.” sambungnya.

So, my friends, not just selling, but problem solving …” Panji menutup diskusi ini.
(karimun/jm)

~yang sedang belajar bhs inggris, semoga tercapai harapannya~


 

Agar Hidup Lebih Hidup


Panji terdiam membaca surat itu. Kemudian ia melipatnya kembali, memasukkan ke dalam amplop lalu menyimpannya di laci. Merebahkan diri ke tempat tidurnya. Ia membayangkan ungkapan dari ayahnya melalui surat yang baru saja ia baca.


Ayahnya bercerita tentang kawan sekolah Panji yang bekerja di sebuah instansi yang mengurusi keuangan telah membangun rumah di kampungnya. Ia juga membelikan kendaraan untuk adik-adiknya. Rumah orangtuanya telah dipugar jauh hari sebelum ini. Hampir setiap pulang ke kampung selalu membelikan barang baru untuk keluarganya.

Tetangganya yang baru lulus kuliah 2 tahun lalu diterima bekerja di instansi lain di departemen keuangan juga. Malah di tempat yang lebih ‘basah’. Ia juga telah membangun rumahnya, membeli mobil dan sering mengirim uang ke orangtuanya dalam jumlah yang tidak sedikit.
Ayah Panji mengingatkan bahwa mereka menginginkan Panji juga ‘sukses’ seperti mereka. Berhasil seperti yang diinginkan banyak orang tentang dirinya.

Sukses. Sebuah kata yang mudah diucapkan dan menjadi cita-cita semua orang. Namun Panji masih merenungi makna sukses yang hakiki. Apakah seperti yang diharapkan ayahnya dan sebagian besar orang. Bahwa orang sukses adalah jika berhasil mengumpulkan harta yang banyak. Atau membangun rumah yang memadai, memiliki kendaraan, menyimpan tabungan dan deposito yang cukup.

Lalu bagaimana dengan dirinya? Yang sudah hampir 10 tahun bekerja. Di perusahaan yang bonafit lagi. Nyaris belum ada harta yang ia miliki. Sampai saat ini ia masih saja tinggal di kontrakan. Ia memang pernah memiliki mobil, tapi sudah ia jual untuk biaya perawatan ibunya waktu itu. Hanya sepeda motor butut yang ia pakai sekarang. Ia belum juga memiliki rumah satupun. Padahal teman-temannya telah memiliki rumah yang cukup megah, kendaraan dan juga kehidupan yang layak sebagaimana orang yang berkecukupan.

Panji ingat Bang Idris. Ia terlihat bahagia hidup bersama keluarganya. Tiga orang anaknya yang masih kecil tampak cerdas dan sehat. Ia sering menjumpainya sedang naik motor bersama keluarganya. Seorang putrinya duduk di depan, seorang lagi di tengah-tengah dan yang paling kecil digendong Kak Ani, istrinya. Mereka tampak bahagia sekali. Hampir tidak ada keluhan dalam hidup mereka. Meskipun ia tahu, penghasilan Bang Idris mungkin tidak sebesar yang ia dapatkan. Bang Idris masih sempat mengajak keluargnya rekreasi ke pantai disela-sela kesibukannya mengajar ngaji dan berdagang. Kak Ani juga memiliki jadwal yang padat membina pengajian. Mereka bahkan tidak segan membantu tetangga dan orang lain yang memerlukan.

Hingga suatu hari Panji mengungkapkan isi hatinya kepada murabbi-nya itu. Dengan kalem Bang Idris mengatakan “Kesuksesan yang paling penting adalah ketika kita nanti mampu menginjakkan kaki kita di surga.” Bang Idris menambahkan bahwa kehidupan di dunia adalah sarana menuju keabadian. Bekerja, mencari nafkah dan beramal saleh. Semuanya adalah ibadah.

“Karena itu bagi Abang, yang paling penting adalah bagaimana dalam hidup ini, kita menjadi orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Inilah hakikat misi hidup kita. Dan inilah makna kehidupan yang sesungguhnya. Dan inilah kesuksesan.”

“Bekerja dengan baik, memberikan hasil yang optimal. Mencapai target penjualan. Menyelesaikan permasalahan orang lain, meraih prestasi di semua sisi kehidupan. Itu semua adalah sarana kebaikan. Bahkan bernilai ibadah jika niat kita lurus. Dan hasilnya semua itu bukan hanya kita dapatkan di dunia dengan imbalan, namun yang penting adalah pahala kebaikan di akhirat nanti”

“Lalu, bagaimana kesuksesan di dunia?” tanya Panji. “Ibarat menanam padi, pasti akan tumbuh rumput. Sebaliknya, menanam rumput, belum tentu tumbuh padi, iya kan?” jawab Bang Idris filosofis.
Panji memahami. Inilah yang menjadikan kehidupan Bang Idris begitu dinamis. Tanpa ambisi yang berlebihan namun ia menjalani dengan penuh semangat semua aktivitasnya. Ia menjadikan seolah kehidupan menjadi lebih hidup. Tentu saja dengan kekokohan spiritual yang dimiliki Bang Idris. Panji memiliki jawaban makna kesuksesan.
(karimun/jm)


 

Melakukan Apa Lagi?


Sebenarnya hari ini saya bingung. Tidak seperti biasanya, hari ini sama sekali tidak ada inspirasi untuk menulis apa. Dan hampir saya putuskan untuk tidak usah menulis hari ini. Toh belum tentu tulisan saya dibaca orang. Lagi pun mungkin juga orang sudah bosan dengan tulisan saya. Atau karena tidak ada sesuatu yang baru dari tulisan saya. Begitu-begitu saja. Itulah yang ada dalam benak saya.
Hingga saya ingat ada seseorang yang selalu menyempatkan diri membaca tulisan saya. Dia kadang bertanya kok hari ini tidak menulis artikel. Kawan ini juga yang selalu memberikan masukan positif tentang tulisan yang saya buat. Kadang-kadang malah beliau bilang bahwa sebagian kejadian itu seperti tidak asing bagi kita. Bahkan karakter tokohnya juga sepertinya akrab dengan karakter di sekeliling kita.


Ada lagi seorang kawan yang malah mengumpulkan tulisan saya. Dia mengumpulkan dalam satu file dan disusun sendiri sehingga mirip buku. Satu lagi, ada salah satu orang yang tidak memberikan komentar langsung kepada saya, tapi kepada teman-temannya. Teman ini malah menitip pesan untuk saya, kapan bukunya akan dibuat?

Dalam kehidupan seorang marketer, ini adalah sesuatu yang wajar. Suatu hari akan muncul perasaan lemah dan malas. Kehilangan motivasi atau telah jenuh dengan rutinitas. Berat rasanya melangkahkan kaki ke pelanggan atau pergi berjualan. Bukan hanya itu. Dalam keseharian kita juga sering dihadapkan dalam situasi seperti ini. Malas. Kehilangan semangat. Jenuh. Atau apa saja yang memberatkan kita untuk melakukan kebaikan. Seperti seorang yang bangun tidur lalu ragu untuk melangkahkan kaki ke masjid untuk sholat subuh, rasanya begitu berat mata ini dibuka dan kaki dilangkahkan. Inilah saat dimana motivasi kita sedang meredup.

Saat itulah kita perlu melakukan perlawanan. Bergeraklah. Dengan bergerak untuk melakukan sesuatu, maka kejenuhan akan hilang. Disaat berat untuk bekerja, maka tetaplah melakukan pekerjaan. Mulai dari yang ringan. Sedikit dipaksakan untuk memulai melakukan. Saat kita malas membuka pintu kamar untuk pergi sholat subuh ke masjid, maka paksalah diri anda untuk melakukannya. Memaksa diri dalam kebaikan adalah upaya kita menjaga stabilitas spirit kita. Dalam Al Quran disebutkan “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat” ini memberikan motivasi kepada kita untuk tetap berkarya dalam situasi seberat apapun. Bahkan Rasulullah mengajarkan bahwa seandainya kiamat telah menjelang dan ditanganmu masih ada sebutir biji yang bisa ditanam, maka tanamlah. Artinya sesulit apapun kesempatan, maka kita senantiasa menggunakan waktu untuk melakukan kebaikan.

Pekerjaan kita adalah sumber kebaikan. Ladang amal untuk melakukan kebajikan. Membantu orang memenuhi kebutuhannya adalah kebaikan. Menyelesaikan masalah yang dihadapi pelanggan adalah kebaikan. Menyediakan waktu untuk bertemu dan berbincang dengan anak buah dan anggota tim adalah kebaikan. Melayani kebutuhan bawahan dan rekan kerja yang lain adalah kebaikan.

Jadi ketika kita telah menyelesaikan suatu pekerjaan, jangan biarkan diri terlena. Lakukan pekerjaan berikutnya. Sebagaimana dianjurkan dalam Al Quran: “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”
(karimun/jm)


 

Mulai dari Yang Mudah


“Apa sih resepnya, kok Mbak bisa kelihatan begitu dinamis. Hampir tidak ada keluh kesah.” Kata Antin ketika mengunjungi Hafiza. Yang ditanya merasa kaget dengan lontaran kalimat tersebut. Memang Hafiza selalu kelihatan ceria, penuh semangat, dinamis meskipun tidak kehilangan kesan anggun dengan pakaian muslimahnya yang rapi. Aktivitasnya cukup padat untuk seorang wanita muda seperti dia.


Wanita yang dikenal Antin pada sebuah acara seminar pernikahan ini ini bekerja sebagai tenaga pengajar di sebuah pesantren di pulau ini. Wanita yang cantik dengan busana muslimahnya ini juga terlihat cerdas dengan argumentasinya dan pancaran wajahnya munjukkan ketenangan dan kedalaman ilmunya.

“Ah, kamu ini ada-ada saja. Biasa aja kok, nggak ada yang istimewa.” Jawab Hafiza merendah.

Pembicaraan mereka berlanjut mulai tentang pekerjaan, kehidupan sosial hingga rencana kehidupan masa depan mereka. Antin banyak mendapat masukan positif dari teman barunya itu. Ia semakin yakin bahwa kehidupan Hafiza penuh kebahagiaan. Ia orang yang berilmu, dari keluarga yang berada, lulusan dari sebuah perguruan tinggi terkenal. Pengetahuannya tentang agama sangat bagus. Sebenarnya mengajar di pesantren bukan profesi utamanya, meskipun menyita banyak waktunya. Ia memiliki butik muslimah. Ia juga menjual produk-produk kosmetika halal. Memiliki counter aksesoris wanita di Al Quds Shopping Centre.

Namun ia juga memiliki kesibukan yang luar biasa, dari yang kecil-kecil dan ringan hingga aktivitasnya di bidang politik yang cukup berat. Ia adalah ketua sebuah perkumpulan wanita di kota ini. Namun ia masih aktif mengajar TPA, mengajar ngaji anak-anak sekitar di rumahnya dan menyempatkan untuk mengunjungi perkampungan miskin secara berkala.

Banyak nasehat dan pelajaran yang Antin dapatkan dari Hafiza. Ternyata perubahan untuk menjadi lebih baik ia awali dari hal-hal yang kecil. Demikian juga pekerjaan dan apa yang Hafiza sebut sebagai ‘proyek besar’ selalu ia awali dari yang kecil dan mudah. Ia tidak menyepelekan satu pekerjaan sekecil apapun. Mencarikan sandal anak santrinya yang hilang, mengantarkan anak didik di TPA-nya pulang ke rumah hingga membawa sebungkus nasi untuk kenalannya di perkampungan miskin.

Semua diawali dari hal yang mudah. Perubahan sebesar apapun selalu diawali dari yang ringan dan sederhana. Ingat konsep perubahan dengan 3M? mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri dan mulai dari saat ini.

Melakukan pekerjaan yang mudah dan bisa jadi dianggap sepele, padahal itu awal dari perubahan besar dalam hidup Anda. Lakukan amalan kebaikan seberapa pun kecil amalan tersebut. Membantu rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya, mengangkat telepon dengan segera dan menawarkan bantuan, menyapa dan senantiasa tersenyum kepada rekan kerja adalah contoh sederhana praktik spiritual yang akan menumbuhkan motivasi internal kita dan menanamkan benih spiritualitas.
(karimun/jm)


 

Kerja Cerdas hingga Tuntas


Panji baru saja bertemu dengan Faqih. Seorang sahabatnya yang bekerja sebagai apoteker. Sarjana Farmasi yang baru mengakhiri lajangnya ini masih muda. Lebih muda dari Panji. Selain bersahabat, mereka juga sama-sama aktif di LSM pemuda di kota ini. Mereka berdua adalah ‘murid’ spiritual Bang Idris.


Faqih menceritakan kesedihannya. Ia baru saja dimarahi Regional Manager-nya. Ia dianggap tidak kompeten dalam bekerja, sering meninggalkan pekerjaannya dan gagal mencapai target pemasaran untuk wilayahnya.
Meskipun seorang apoteker, ia merangkap sebagai Area Manager di kota ini. Dan ia memang diberikan target pendapatan untuk semua outlet apotiknya disini. Namun akhir-akhir ini, kesibukannya di luar pekerjaan menyita waktu yang cukup banyak, sehingga untuk acara perusahaan yang diluar jam kerja sering tidak ia ikuti. Makan malam bersama kolega, party dan seremonial lain jarang sekali ia hadiri. Disamping kesibukan, memang ia tidak melihat manfaat yang cukup besar dari acara seperti itu bagi dirinya.


Pertemuan dengan Bang Idris menjadi ajang untuk berkeluh kesah. Panji dan Faqih dalam posisi pekerjaan yang hampir sama, meskipun sama-sama muda, mereka in action sebagai Area Manager di perusahaan mereka. Yang berbeda, Panji mencapai prestasi yang bagus dalam pekerjaannya, sehingga ia banyak menerima pujian dari atasannya. Faqih kurang berhasil dalam mencapai target omset yang dibebankan kepadanya.

“Sebagai seorang aktivis, kita harus adil dengan diri kita.” Bang Idris memulai nasihatnya. “Pekerjaan dan aktivitas sosial harus seimbang. Inilah wujud kredibilitas kita sesungguhnya.” Bang Idris memberikan nasihat dengan hati-hati. Ia juga mengupas tentang tanggungjawab seorang dalam bekerja. Bahwa potensi yang kita miliki harus dioptimalkan. Melakukan pekerjaan dengan segala kecerdasan yang kita miliki akan menjadikan kita terbiasa sistematis, terjadwal dan terukur. Bukan hanya sekedar melakukan pekerjaan.

“Dan bukan hanya bekerja dengan cerdas, namun pekerjaan harus dikerjakan hingga tuntas. Bukan setengah-setengah, apalagi tidak dikerjakan. Inilah konsep itqon sebagaimana yang diajarkan Rasulullah Muhammad.” Bang Idris melanjutnya. “Inilah kelanjutan dari konsep tawazun, keseimbangan.”

“Saya mengerti.” Sahut Panji menimpali. “Dimanapun tempatnya jika tidak ada keseimbangan akan selalu muncul masalah. Tuhan menciptakan seluruh isi dunia dengan prinsip keseimbangan. Mencipta malam lengkap dengan siang, mengganti panas dengan dingin, menurunkan hujan dan cahaya matahari. Manusia tidur dan berjaga, ada laki-laki ada wanita termasuk ada hidup dan ada kematian. Hilangnya keseimbangan akan menghadirkan ketidakadilan.”

“Saya mengakui, ternyata memang saya belum menerapkan keseimbangan dalam hidup saya.” Faqih mengutarakan isi hatinya.

Itulah aspek keseimbangan menjadi penting. Orang yang cerdas akalnya tanpa kekokohan spiritual boleh jadi akan melakukan kejahatan manipulasi, orang yang kerja keras tanpa kreatifitas dan kecerdasan barangkali tidak mencapai hasil optimal. Maka keseimbangan merupakan wujud nyata integralitas kecerdasan manusia. Termasuk wiraniaga!
(karimun/jm).


 

Kenangan Bersama Ayah


Selesai sudah semua tugasnya di kota ini. Panji meminta bantuan sopir kantor untuk mengantarnya ke stasiun kereta. Ia bergegas berpamitan dengan teman-temannya lalu melesat ke depan kantor. Ia tidak ingin ketinggalan.

Panji sedang bertugas ke luar kota. Kota besar di ujung timur pulau Jawa, Surabaya. Ia berangkat dengan penerbangan langsung. Ada tugas yang harus diselesaikan disana. Bertemu dengan kolega dan rapat untuk beberapa masalah pekerjaannya. Sebenarnya cukup lama ia ingin berkunjung ke kota ini. Namun baru sekali ini ia berkesempatan mengunjungi kota pahlawan yang terkenal itu.

Sengaja juga ia merancang kepulangannya tidak langsung dari Surabaya. Namun ia memesan tiket pulang dari Jakarta. Ia berencana menikmati perjalanan dengan naik kereta malam yang terkenal kenyamanannya itu. Ia ingin juga menikmati pemandangan lautan pantai utara.

Sepanjang perjalanan, ia lebih banyak diam. Hanya sesekali menyapa dan melempar senyum kepada penumpang lain yang kebetulan bertemu pandang. Kemudian ia lanjutkan dengan melihat pemandangan di luar dan sesekali membaca buku yang ia bawa. Sepasang earphone menempel di telinganya. Dari mp3 player nya sedang berdendang sebuah lagu kesukaannya “kenangan bersama ayah” lagu acapela gubahan grup Suara Persaudaraan, Malang, teman-teman kenalannya.

Dalam sebuah perjalanan menyusuri pantai utaraBerkereta di tengah malam Surabaya - JakartaKuteringat masa indah di masa-masa kecilkuKenangan bersama ayah di kampung halamanSungguh indahTerlalu manis untuk dilupakanSungguh mesraMeski beriring keteganganSuasana pengajian petang seperempat malam pertamaRiuh rendah suara hafalan atau cemeti hukumanHening hanya decahan kala epik dipaparkanLiku-liku perjuangan para pahlawan IslamYang gagah perkasaDi medan perjuanganYang tak takut matiUntuk meraih kemuliaan IslamAyah terima kasih nanda haturkan kepadamuYang telah mendidik dan membesarkanku bersama ibuAyah engkaulah guruku yang terbaik sepanjang usiakuYang telah membimbing masa kecilku meniti jalan TuhankuAllah s'moga Kau berkenanMembalas s'gala kebaikannyaMenerimanya, dan meridhoinyaDi hadirat-Mu

Tanpa disadari, ada cairan menetes di sudut matanya. Ingin rasanya ia berhenti di kota ini lalu pulang ke kampung halamannya. Hampir semua bait lagu acapela itu sama persis dengan yang pernah ia alami. Kenangan indah bersama ayah adalah sesuatu yang sama sekali tidak bisa ia lupakan. Sekarang ia membayangkan, saat ini ayahnya sudah beranjak tua, bertambah keriput, semakin lemah fisiknya. Namun ia tahu semangatnya tidak pernah memudar untuk bekerja dan berusaha. Termasuk menyambung hidup dengan tetap bekerja meskipun dengan apa adanya.

Jika tidak ingat tugasnya, ia akan mengambil cuti atau sekedar meminta ijin untuk kembali agak lambat dari jadwal. Namun banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Ia juga telah menjanjikan proposal untuk kerjasama dengan PT Timah. Ia ada janji dengan asosiasi pengusaha, LSM pemuda dan banyak lagi ….

Setiap ia mengenang ayahnya, muncul semangat dalam dirinya. Semangat untuk bekerja lebih banyak lagi, lebih baik lagi. Keluarganya memberikan motivasi yang besar dalam dirinya. Ia merasa bertanggungjawab atas semua kebahagiaan atau kesusahan mereka. Ia ingin menjadi seorang yang dibutuhkan dalam keluarganya. Ia ingin menjadi kebanggaan ayah dan ibunya, juga adik-adiknya yang sedang beranjak remaja.

Ayah, kenangan bersamamu, mengingatkanku untuk terus bertahan, bekerja dan berjuang. Aku ingin sepertimu, tegar dalam kehidupan.
Kereta berhenti di sebuah stasiun besar di kota Semarang. Panji masih terdiam dalam kenangan…

(karimun/jm)

 

Rindu Ibu


“Aku ingin pulang.” Jacky berkata pelan kepada Antin. “Ada apa ini, kok tiba-tiba berkata seperti itu.” Antin penasaran dengan sikap teman dekatnya itu. Jacky menangatakan bahwa ia rindu sekali dengan ibunya. Tiba-tiba ia terbayang semua kenangan bersama ibunya.


Waktu itu ia masih kecil. Ia ingat sekali ketika berusia 8 atau 9 tahun ia mengasuh adiknya yang paling kecil dengan naik mobil-mobilan. Ibunya sibuk bekerja sebagai penjual kue dan makanan di rumah. Ayahnya seorang pekerja kasar. Saudaranya yang berjumlah 5 orang membutuhkan biaya yang besar. Ibu terpaksa harus ikut membanting tulang mencari penghasilan tambahan.

Ibunya seorang wanita yang cantik, bahkan kecantikannya masih terlihat jelas meskipun usianya memasuki setengah abad. Kehidupan keluarga mereka cukup bahagia, meskipun di dera kekurangan dan keterbatasan. Kerasnya kehidupan juga yang membuat Jacky harus melakukan pekerjaan berat ketika masih sekolah. Ia sempat menjadi buruh bangunan, bekerja sebagai buruh tani di sawah atau sekedar menjadi buruh pembersih rumput di rumah tetangganya. Bagaimanapun caranya asal mendapatkan penghasilan tambahan, yang pasti dengan cara yang halal.

Hingga ia melanjutkan sekolah di sebuah sekolah kejuruan di ibukota propinsi. Ia masih melakukan pekerjaannya di sela-sela waktu belajarnya. Ia memang anak yang rajin dan juga cerdas. Ia meraih prestasi yang cukup membanggakan di sekolah. Ia juga yang menjadi harapan keluarganya untuk menopang ekonomi keluarganya. Ia belajar ketegaran dan kemandirian pada sosok yang paling ia cintai, Ibunya. Pekerjaannya saat ini memberikan pengahsilan yang cukup lumayan.

Namun Tuhan berkehendak lain, beberapa waktu lalu ibunya jatuh sakit. Stroke. Menyusul ayahnya yang lebih dulu terserang penyakit ini. Sejak saat itu ibunya kehilangan banyak hal. Bahkan sempat kehilangan semangat karena tidak bisa lagi bekerja dan beraktivitas seperti biasanya. Jacky pun sangat merasa kehilangan. Apalagi dengan keadaan jarak yang memisahkan ia dengan orang yang paling dicintainya itu. Ia ingin sekali selalu mendampingi ibunya, melakukan terapi penyembuhannya. Ia sekarang hanya bisa berdoa dan mengirimkan biaya perawatan untuk perbaikan kondisi kesehatan ibunya. Ayahnya kini sudah mulai membaik dan bisa melakukan pekerjaan sehari-hari. Namun Ibunya masih perlu perawatan intensif.

Sesungguhnya besar harapan Jacky untuk bisa mendampingi Ibunya dalam masa perawatan ini. Namun tugasnya di pulau yang sangat jauh dari kampung halaman menjadikan ia hanya menggantungkan harapan. Sempat terpikir olehnya untuk berhenti dari pekerjaan, namun ia membutuhkan banyak biaya untuk perawatan kedua orangtuanya. Ia masih membutuhkan pekerjaannya.

Sang Motivator. Dan inilah sesungguhnya sumber motivasi terbesar dalam hidupnya. Kebahagiaan kedua orang yang paling ia cintai. Inilah kebahagian yang ia dambakan. Dan merekalah yang selama ini membuat Jacky bisa bertahan dengan kerasnya perjuangan hidupnya. Ia ingin agar di masa tua orangtuanya, ia dapat menyertainya. Memberikan sedikit kebahagiaan, meskipun tidak sebanding dengan yang telah mereka berikan kepadanya. Ia menyadari penuh bahwa ia ingin di akhir kehidupannya, ia bisa membahagiakan semua orang yang dicintainya. Utamanya kepada. Ibunya. Karena surga pun diletakkan di telapak kakinya. Artinya, inilah hakikat kebahagiaan sesungguhnya.

Dan kerinduannya semakin membuncah, ia ingin sekali mencium tangan ibunya, memeluknya dan bersimpuh dihadapannya. Kerinduannya terpendam dalam linangan airmatanya…….


 

Kerja Keras dengan Ikhlas


Panji sedang berkunjung ke sebuah pulau kecil. Pulau yang sangat indah. Suasana pedesaan masih sangat kental. Kicauan burung bersahutan. Hembusan angin menyegarkan badan. Sapaan ramah penduduk kampung dan senyum manis gadis-gadis yang berjualan di kedai. Tidak terbayang sebelumnya jika masih dapat ditemukan suasana ini, di kota seperti ini. Sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat kota ini. Hanya ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam dengan perahu motor. Penduduknya bersuku melayu. Kehidupan disana sungguh berbeda dengan kondisi di kota ini.


Setelah bersilaturahim dengan kepala desa dan beberapa orang yang dikenalnya, Panji meminta ijin berjalan-jalan mengelilingi pulau. Seorang pemuda yang juga pegawai di kantor desa menemaninya. Ia melihat kehidupan para nelayan disana. Mereka terlihat sangat tekun dalam bekerja. Malam hari mereka melaut. Pagi harinya mereka terlihat melakukan maintenance peralatan melautnya. Membersihkan jaring, memeriksa perlengkapan perahu dan juga mesin perahunya. Sebagian lainnya membersihkan wadah ikan. Sebagian lagi memasaknya untuk keperluan sendiri dan dijual di kedai. Sebagian besarnya telah mereka jual kepada saudagar.


Mereka bukan orang pemalas seperti yang dikesankan selama ini. Justru mereka adalah para pekerja keras. Panji melihat bagaimana mereka memanfaatkan waktunya dengan optimal. Saat melaut, saat di darat semua dimanfaatkan. Bahkan bukan hanya kaum lelaki yang bekerja. Seluruh anggota keluarga mendapatkan porsi pekerjaan masing-masing. Hubungan antar sesama mereka juga terjaga dengan baik. Mereka hidup rukun dan damai.


Kerasnya kehidupan dan beratnya pekerjaan tidak melalaikan mereka dari kehidupan ruhani mereka. Terlihat mereka dengan cepat meninggalkan kesibukan ketika waktu shalat datang. Masjid satu-satunya di pulau itu dipenuhi laki-laki yang menunaikan sembahyang. Sore hari anak-anak mereka ramai belajar di TPQ. Menjelang magrib sampai isya masjid penuh dengan kegiatan.


Panji merasa terkesan dengan kehidupan masyarakat disini. Mereka merupakan sebuah gambaran orang-orang yang bekerja keras. Tidak menyerah dengan kehidupan dan tantangannya. Kadang mereka melaut dengan hasil yang melimpah. Tapi terkadang mereka juga pulang dengan tangan hampa. Tidak ada kekecewaan yang berlebihan. Mereka hadapi dengan tawakal. Mereka seakan menyadari sepenuhnya bahwa rejeki sudah ada yang mengaturnya. Dan yang pasti mereka telah berusaha dengan baik. Keikhlasan memancar dari wajah-wajah mereka. Terlihat kedamaian ketika mereka saling menyapa. Suasana hati tentu mempengaruhi kehidupan mereka. Wajah kesyukuran dan ikhlas memancar dari raut muka dan pancaran sinar mata.


Merenungi kehidupan mereka Panji merasa malu pada diri sendiri. Mereka adalah contoh nyata orang-orang yang memiliki keseimbangan dalam kehidupan mereka. Bekerja keras dalam masa tertentu dan mencukupi kehidupan mental dan spiritual mereka disaat berikutnya. Seandainya semua karyawan memiliki mental seperti masyarakat pulau ini. Andai para marketer memiliki semangat bekerja seperti mereka. Tentu mereka akan menjadi pekerja handal dan tidak mudah menyerah. Yah. Bekerja keras disertai keikhlasan. Sebuah prinsip hidup yang positif. Inilah imperatif dalam spiritual marketing. Paduan antara kerja fisik, jiwa dan qalbu. Prinsip keseimbangan hidup.


 

Insan Inovatif


Malam ini menjadi istimewa. Mereka masih berkumpul di kantor. Biasanya kalau seperti ini ada yang ulang tahun. Mau ada traktiran.

Jacky datang membawa sebungkus makanan cepat saji. Panji juga muncul dengan membawa buah lengkeng kesukaan mereka. Antin yang biasanya pulang duluan juga masih ada di kantor. Bersama-sama yang lain mereka makan malam bersama di kantor. Tidak ada yang ulang tahun. Hanya sekedar melepaskan penat sambil menjalin kebersamaan saja.

Kebetulan di televisi sedang ada film bagus. Film tentang dinosaurus. Sebenarnya buakn hal baru bagi mereka, namun mereka tetap menikmatinya. Sambil menikmati makanan mereka menonton film dengan serius. Sesekali diselingi canda.

“Kasihan dinosaurus.” Jacky tiba-tiba mengusik perhatian mereka. “Mereka punah karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan.” Sambungnya.

Yang lain jadi tertarik. Semua memperhatikan Jacky. Lalu ia mulai dengan petuahnya. “Dunia ini akan selalu mengalami perubahan. Kondisi lingkungan sekitar dan semuanya akan berubah. Inilah yang tidak bisa diikuti oleh dinosaurus.” Katanya meyakinkan.

Tepat. Perubahan. Hal yang tidak pernah hilang dari waktu kita. Segala sesuatu yang ada selalu berubah, di dunia ini tidak ada sesuatu apapun yang tidak berubah, satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri, oleh karena itu siapa pun yang tidak menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan maka dia akan tergilas kalah oleh perubahan tersebut.

Disinilah dibutuhkan daya inovasi seseorang untuk senantiasa melakukan temuan-temuan kreatif dalam mengantisipasi perubahan. Orang yang tidak mau berubah akan tertinggal atau bahkan punah.

Dalam ajaran Islam, orang yang hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang merugi karena berarti tak ada kemajuan dan tetinggal oleh perubahan, orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dianggap orang yang celaka, karena berarti akan tertinggal jauh dab sulit mengejar, satu-satunya pilihan bagi orang yang beruntung adalah hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, berarti harus ada penambahan sesuatu yang bermanfaat, inilah sikap perubahan yang diharapkan, sehingga tidak akan pernah tertinggal, dia selalu antisipatif terhadap perubahan, dan selalu siap menyikapi perubahan

Menjadi insan inovatif dan mensikapi positif setiap perubahan. Modal berikutnya sebagai bagian dari kredibilitas seorang marketer. Kondisi pasar berubah. Lingkungan berubah. Kita? Ada dua pilihan. Berubah atau punah.
(karimun/jm)

 

Pekerja Handal


Hari ini hari yang berbahagia. Perusahaan menganugerahkan predikat “employee of the month” kepada orang-orang terpilih. Rudi salah satu orang yang terpilih untuk bulan ini. Ada dua orang lainnya dari departemen yang berbeda mendapatkan predikat ini. Memang perusahaan ini memiliki budaya cukup bagus dalam memberikan penghargaan kepada karyawannya. Reward kadang diberikan berupa hadiah materi, penghargaan, wisata, perjalanan rohani sampai kepada promosi jabatan.

Panji dan Antin juga pernah mendapatkan penghargaan serupa. Antin diberi kesempatan wisata ke luar negeri sebagai apresiasi atas prestasinya beberapa bulan yang lalu. Panji juga pernah mendapatkan hal serupa bahkan Panji pernah menjadi pegawai teladan untuk tahun lalu. Hanya Jacky yang belum pernah mendapatkannya. Atau tepatnya belum.

Mereka mendapatkan semua itu karena kecakapan mereka dalam bekerja. Pekerja yang handal menjadi aset yang paling besar bagi perusahaan, karena itulah perusahaan rela memberikan penghargaan yang sesuai bagi mereka.

Seorang marketer juga mesti handal dalam bekerja. Penguasaan menyeluruh tentang produk yang dijual merupakan salah satu dasar kemampuan seorang sales dalam menjual. Namun tidak kalah pentingnya adalah kecakapan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Mulai dari tampilan pribadi, cara komunikasi hingga caranya menjalin hubungan interpersonal. Tidak kalah pentingnya adalah kemampuan pengelolaan administratif.

Dalam sebuah ceramahnya AA Gym menyinggung bahwa salah satu bentuk kredibilitas seseorang adalah handal dan cakap dalam bekerja. Walaupun sangat dikenal dan teruji kejujurannya tapi kalau dalam melaksanakan tugas sering berbuat lalai dan kesalahan maka hal ini pun akan merontokkan kredibilitas.

Kunci utamanya adalah secara sadar kita harus selalu belajar, melatih diri, mengembangkan kemampuan, wawasan serta keterampilan kita secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga selalu memiliki kesiapan yang memadai untuk melaksanakan tugas. Seorang yang cakap tidak puas dengan hasil setengah-setengah, apalagi berhenti di tengah jalan. Ia senantiasa bekerja optimal untuk mendapat hasil maksimal.

Selamat bekerja!

 

Bahasa Mereka


“Lagu nya Peterpan yang lagi nge-trend itu judulnya apa, Jacky?” tanya Panji kepada sahabatnya yang memang punya koleksi lagu banyak itu. Pertanyaan Panji ini membuat temannya kaget. Betapa tidak. Panji terkenal sebagai orang yang alim. Tidak pernah terdengar ia menyanyi. Apalagi lagu-lagu cinta atau remaja. Grup musik tidak banyak yang ketahui kecuali yang dibaca di koran atau website.

Selidik punya selidik. Ternyata Panji sedang mengumpulkan data untuk bahan presentasi di sekolah. Ia dijadwalkan melakukan road show ke sekolah-sekolah untuk melakukan promosi produk. Memang salah satu jasa ada yang pangsa pasar khusus remaja, pelajar dan mahasiswa. Untuk itu Panji mempersiapkan berbagai hal. Disamping materi presentasi dan perlengkapan standar lainnya, ia juga mempelajari psikologi remaja dan trend-nya saat ini. Mulai dari lagu yang sedang populer, issue remaja, film hingga bahasa yang sering mereka gunakan. Bahasa gaul gitu loh …

Seorang marketer memang dituntut serba bisa. Sekali lagi bukan hanya ketrampilan menjual dan berargumentasi saja. Namun juga membutuhkan kemampuan memilih cara yang tepat untuk menghadapi prospeknya. Termasuk menggunakan bahasa yang sesuai. Untuk kalangan profesional, pejabat, instansi tentu saja bahasanya berbeda ketika berbicara dengan kalangan akademisi. Juga kepada kalangan remaja dan pelajar. Membutuhkan pendekatan yang berbeda.

Rasulullah Muhammad memberikan contoh yang baik ketika ia menggunakan pendekatan yang berbeda dalam menyampaikan risalahnya. Kadang digunakan pendekatan politis, argumentatif, edukatif, persuasif bahkan melalui militer. Tergantung kepentingan dan siapa yang didekati. Kepada anak dan remaja diberikan contoh, teladan, cinta dan kasih sayang. Sabdanya dalam hadits “Sampaikan kepada mereka dengan hikmah dan teladan yang baik” atau dalam hadits lain “Smapaikan kepada mereka sesuai dengan bahasa mereka.”

Inilah kekuatan bicara. Bahasa yang tepat akan dengan mudah dipahami oleh pendengarnya. Dan ketika kita menyampaikan kepada orang sesuai dengan background sosial mereka tentu akan mudah kita sampaikan kehendak kita. Ini bagian dari empati. Inilah yang dilakukan Panji untuk berusaha memahami kondisi calon audiensnya. Mereka adalah prospek yang besar untuk pasar produknya. Jika ia berhasil memasukinya tentu saja ini celah pasar yang luar biasa.

“Emang dalam presentasi nanti kamu mau nyanyi lagu itu?” Tanya Jacky kepada temannya yang ia tahu betul nggak bisa nyanyi itu. Panji menjawab singkat:” YGD.” Jacky bengong. “Apa itu YGD” lanjutnya. “yach gitu dech …..” jawab Panji sambil ngeloyor pergi.
(karimun/jm/0809)

 

Wiraniaga Tangguh.


Namanya Roy. Ia drop out dari sebuah perguruan tinggi negeri di Semarang. Karena alasan klasik, biaya. Sekarang ia hampir setiap hari terlihat di pelabuhan domestik Sekupang. Pada hari-hari tertentu dua kali seminggu ia ke Tanjung Balai. Pekerjaannya, menjajakan kue donat merk lokal. Harganya juga murah. Namun lihat bagaimana ia menjual dagangannya

Di tangannya sekantong plastik besar berisi kotak-kotak kue. Setiap kotak berisi 10 donat beraneka rasa dan warna. Roy berkeliling ruang tunggu pelabuhan. Setiap orang yang duduk hampir tidak terlewatkan ia tawari dagangannya. Dengan bahasa yang sopan dan ia menjelaskan keistimewaan dagangannya. Kemasan yang praktis, harga yang terjangkau dan cara menjual yang bagus membuat omset penjualannya cukup fantastis bagi ukuran pegadang asongan. Setiap hari rata-rata 25 hingga 50 kotak terjual. Harganya 20 ribu per kotak. Artinya setiap hari ia menjual 500 ribu sampai 1 juta rupiah.

Yang menjadikan ia banyak dikenal adalah karena ia ramah dan ingat orang-orang yang pernah membeli produknya. Padahal mereka dalam perjalanan. Tapi ia berusaha mengingat dan selalu menyapa jika berjumpa. Dan pada kesempatan kedua ia tidak menawarkan dagangan lagi. Justru ia hanya mengajak bicara, dan bercerita lainnya. Kadang-kadang pembelinya yang bertanya, mana dagangannya.

Saya sering kedatangan direct seller baik di kantor maupun di rumah. Paling sering yang menjual buku-buku, ensiklopedi, vcd pendidikan, kamus hingga hiasan rumah. Salah satunya namanya Amad. Dia hanya lulusan STM di Jogja. Sebenarnya ia dulu melamar sebagai driver di perusahaannya. Namun ia tugasi menjadi sales.

Dengan sabar dan tetap semangat ia berkeliling, mengunjungi satu demi satu orang, keluar masuk kantor dan instansi untuk menawarkan buku dan ensiklopedi. Saya kebetulan mengetahui dengan pasti harga-harga buku tersebut di penerbitnya. Perusahaan direct selling seperti ini menaikkan harga sampai beberapa kali dari harga penerbitan. Dan honor para sales didapatkan dari prosentase atau komisi. Amad bisa mendapatkan komisi rata-rata 2-3 juta setiap bulan.

Demikian juga Asih. Direct seller juga. Ia menawarkan hiasan kaligrafi dari bahan kuningan. Di kota saya Kudus, harganya murah. Tidak sampai 300 ribu untuk yang berkualitas kuningan murni. Karena memang dari asli dari sana, termasuk Jepara. Namun benda-benda ini di Batam oleh Asih ditawarkan dengan harga empat kali lipat. Omset penjualan Asih bisa mencapai puluhan juta setiap bulan. Ia menerima bonus 4-5 juta dari sana. Dan lebih hebat lagi, kata dia ada temannya yang bisa mencapai komisi 30 juta dalam 1 bulan.

Banyak sekali saya mengenal secara langsung praktisi MLM yang meraih bonus bulanannya puluhan juta rupiah. Bukan dengan mudah mereka raih. Namun dengan kerja keras. Bahkan jam kerjanya bisa jadi 2 kali lipat jam kerja kita. Nani, seorang leader identic hampir setiap bulan menerima 8-10 juta sebulan. Agung Yulianto dengan produk Nigella Sativa membukukan bonus bulanan sekitar 15 juta. Ada banyak lagi yang mencapai 50 hingga ratusan juta rupiah.

Mereka tidak mendapatkan itu semua dengan berpangku tangan, atau dengan duduk manis di atas meja seperti yang banyak diteorikan. Namun mereka bekerja dengan keras. Rajin mencari prospek, menjalin networking, melakukan duplikasi, selalu mengembangkan diri, bahkan mereka dengan biaya sendiri mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya.

Ada banyak wiraniaga yang berhasil membukukan penjualan yang luar biasa. Bukan karena nasib baik semata, namun lebih kepada kemauan dan kemampuan mereka untuk bekerja dengan baik. Didukung dengan pengetahuan tentunya.

Satu lagi, daya tahan mereka terhadap ujian, penolakan hingga pengusiran, mengantarkan mereka pada keberhasilan. Inilah yang menjadikan mereka tangguh dalam profesinya.
(karimun/jm/30)

 

Menepati Janji


Jacky merasa kesal. Gara-garanya sederhana, hari ini mereka telah berjanji untuk makan bersama. Namun sekali gagal. Antin yang menjanjikan akan mentraktir mereka ternyata ada janji dengan orang lain. Rudi juga tiba-tiba menghilang entah kemana. “Janji tinggal janji….” Gerutunya. Panji yang ada didekatnya mencoba meredam “Ya, kan mereka ada janji juga dengan orang lain, kali aja urusannya lebih penting.” “Makanya kalo janji jangan asal ucap, pikir dulu ….” Ungkapnya kesal.

Janji adalah hutang. Hampir semua orang faham akan ungkapan ini. Namun betapa banyak orang yang tidak merasa berhutang dengan janji yang pernah ia sampaikan.

Seorang sales juga sering memberikan janji-janji kepada calon pembelinya. Perusahaan memberikan janji pelayanan kepada pelanggannya. Seorang atasan juga acap kali memberikan janji kepada bawahannya. Apabila mencapai jumlah penjualan tertentu maka yang bersangkutan akan diberikan hadiah. Jika berhasil melaksanakan program tertentu maka akan diberikan apresiasi ini dan itu.

Tidak luput pula kita sebagai marketer hampir tidak menyadari berapa banyak janji yang telah kita ucapkan kepada customer kita. Mulai dari janji pertemuan, janji untuk memberikan souvenir atau kenang-kenangan lainnya.

Dan semua janji itu harus ditepati. Agama sangat memperhatikan pentingnya janji ini. Sekaligus tawaran balasan yang baik untuk orang-orang yang menepati janji.

“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.”

Harus disadari bahwa kemampuan kita menepati janji adalah kredibilitas kita dihadapan orang lain. Tingkat kepercayaan orang terhadap kita sangat tergantung kepada seberapa kuat komitmen kita untuk menepati janji. Seperti para politisi yang ditinggalkan konstituennya ketika mengingkari janji politik dalam kampanyenya, maka bersiaplah kita ditinggalkan pelanggan jika kita mengingkari janji kita kepada mereka. Bersiap pula pemimpin kehilangan kredibilitas dimata bawahannya ketika ia tidak menepati janjinya.

Inilah pentingnya membangun sebuah kepercayaan. Semua berawal dari janji.
(karimun/jm)

 

Sinar Ketulusan


Hari Sabtu-Minggu kemarin saya diundang sebagai pembicara pada pelatihan yang diadakan oleh sebuah organisasi politik di Karimun. Training for Trainers. Yaitu pelatihan untuk para guru, pendidik, pembina pengajian, pembina remaja masjid dan para mentor. Ada sekitar 30 orang laki-laki dan perempuan mengikuti pelatihan ini. Dan saya didaulat untuk mengisi beberapa materi sekaligus, termasuk motivasi dan team building.


Acara ini sungguh berbeda. Dan pemandangannya sangat kontras.
Pesertanya, saya yakin mereka adalah orang-orang yang memiliki kualitas spiritualitas yang kuat. Dalam arti mereka adalah pelaku-pelaku pembinaan akhlak dan agama. Semua peserta yang perempuan memakai jilbab. Dan yang laki-laki hampir penampilannya terlihat santun, berwibawa dan kelihatan sekali wajah intelektualnya. Sebagian diantara peserta adalah ibu-ibu muda yang membawa serta anak bayi dan balita mereka. Bahkan ada juga yang sedang mengandung. Barangkali sebentar lagi melahirkan.

Kekontrasan terlihat jika dibandingkan dengan lokasi acara. Sebuah hotel bintang 1 cukup mewah untuk ukuran kota ini. Pemandangan di lobby hotel, di koridor terlihat sangat memprihatinkan. Beberapa orang perempuan lalu lalang keluar masuk kamar hotel. Pakaian mereka sangat berbeda dengan peserta pelatihan ini. Wanita-wanita itu berpakaian ‘seadanya’ saja. Bahkan dengan tanpa malu-malu mereka akrab dengan laki-laki yang bukan berwajah Indonesia. Sebagian pintu kamar dibiarkan terbuka dan dengan suara yang cukup keras mereka terdengar bercanda, berteriak dan tertawa. Di seberang hotel ini sebuah diskotik ternama, disamping hotel ada tempat karaoke dan jasa pijat. Sungguh kontras.

Salah satu materi yang saya sampaikan adalah teknik presentasi. Namun sebelumnya saya memutarkan sebuah film pendek yang memberikan motivasi kepada mereka tentang profesi yang mereka jalani. Bahwa mereka bukan sekedar guru atau pendidik. Bahwa mereka bukan hanya konselor yang menampung keluh kesah orang lain, atau mentor yang membimbing anak-anak remaja. Lebih dari itu mereka adalah para agen perubah. Karena yang mereka bentuk bukan hanya individu, namun mereka sedang membangun peradaban. Dengan memaknai profesi secara benar, maka sesungguhnya mereka sedang melakukan pekerjaan besar, bahkan jauh lebih besar dari seorang kepala daerah. Karena mereka sedang menyiapkan generasi, menyiapkan kader pemimpin negeri ini.

Terlihat kesungguhan seluruh peserta. Beberapa peserta yang wanita kadang-kadang disibukkan dengan tangisan anaknya yang memang telah disediakan ruang khusus untuk anak-anak mereka. Sama sekali tidak terlihat wajah kelelahan atau sikap merasa terganggu oleh anak-anak mereka. Semua peserta juga memahami hal ini. Mereka rupanya telah terbiasa dengan hal ini. Keakraban semua peserta terlihat ketika jeda. Mereka bercanda. Namun tidak berlebihan. Mereka saling menghormati namun juga terlihat sangat akrab. Sungguh pemandangan luar biasa bagi saya. Saya seperti berada dalam kerumunan para rahib atau ulama. Mereka sopan, santun, saling menghargai, antusias, semangat, cerdas dan menikmati pelatihan ini.

Ketika saya gali dari mereka, ternyata kuncinya adalah ketulusan. Inilah yang menjadi motivasi mereka selama ini. Tulus dalam mengajar anak didik mereka. Tulus dalam mendidik anak-anak mereka. Tulus dalam menuntut ilmu. Dan mereka pun tulus untuk membuat perubahan.
Salah satu harapan mereka adalah agar kelak generasi yang mereka bina tidak seperti pemandandangan yang mereka lihat di sekeliling mereka saat ini. Sungguh sebuah cita-cita besar yang disampaikan dengan kesederhanaan. Sebuah ketulusan.
(karimun/jm)
~ dalam keterharuan karena bertemu para ‘utusan’ Tuhan. Memang benar mereka adalah pahlawan yang sesungguhnya, meskipun tanpa tanda jasa.


 

Ketika Hatimu Gundah

Sebel. Panji menggerutu dalam dirinya. Tiba-tiba saja ia bahwa semua orang menjadi tidak menyenangkan. Di jalan ia melihat polisi yang sedang menghentikan sebuah mobil dan tampak sedang menginterogasi pengendaranya. Atau mungkin negosiasi. Di rumah semuanya serba berantakan. Lantai kotor, buku berserak, koran-koran bertaburan dimana-mana. Kontrakan rumah juga sebentar lagi habis. Pagi-pagi sampai kantor teman-temannya seakan menjadi serba menyebalkan. Senyuman mereka malah seperti mengejek dirinya. Ditambah lagi beberapa pelanggannya masih belum membayar tagihannya. Ia juga banyak menerima telepon dari bagian penagihan tentang pelanggannya yang menunggak pembayaran. Bos-nya yang biasanya bersikap ramah juga tiba-tiba menjadi saklek dan seakan menyeramkan.

Antin yang biasanya menjadi penghibur semua orang, karena wajahnya yang polos dan senyumnya yang tulus. Hari itu terlihat ketus. Jacky yang biasanya ceria dengan candanya hari itu seakan menjadi pendiam dan pemurung. Apalagi Pak Lukman, Zaeni, Rudi, Hardi sampai Pak Edi driver. Semua menjadi tidak menyenangkan.

Semua serba menjengkelkan. Itulah yang kejadiannya. Masalah seakan bertumpuk-tumpuk dan semakin bertumpuk lagi. Suasana hati kita akan mempengaruhi penerimaan kita terhadap sikap orang lain.

Pernah suatu ketika di telepon umum koin yang terpasang di sudut pujasera, ada dua orang yang sedang menelpon. Saling bersebelahan. Di belakangnya antrian cukup panjang. Di sekeliling tempat itu ada penjual kaset, penukar koin, tidak ketinggalan peminta-minta juga standby disana. Pemuda itu tampak sedang asyik menelepon, bahkan terlihat riang san sesekali tersenyum. Di sebelahnya laki-laki itu tampak gusar, sebentar-sebentar ditutup gagang telepon itu, lalu memutar nomor lagi. Sepertinya ia tidak tersambung ke nomor tujuannya. Berkali-kali ia ulang. Sampai ia berkeringat. Ia mencocokkan nomor dengan catatannya, ia yakin tidak salah dial. Hingga akhirnya dengan gusar ia letakkan gagang telepon, dengan keras.

Berikutnya terlihat pemandangan yang berbeda. Pemuda yang riang itu mengakhiri percakapannya dengan mengucap salam, dengan lembut, sambil tersenyum. Menutup telepon dengan halus. Mempersilakan orang yang mengantri di belakangnya, sambil tersenyum dan minta maaf. Ia sempat memberikan uang recehan ke nenek pengemis yang duduk disudut. Sebaliknya laki-laki itu dengan merengut meletakkan gagang telepon, sempat marah-marah kepada orang di belakangnya dan bahkan menghardik seorang anak peminta-minta yang mendekatinya.

Sebuah pemandangan yang kontras, namun disebabkan oleh hal yang sama. Suasana hati. Jika hati kita senang, melakukan pekerjaan akan terasa mudah dna menyenangkan. Sebaliknya jika hati kita gundah, gelisah, resah, semua pekerjaan jadi tidak menyenangkan. Menyelesaikannya juga karena keterpaksaan. Jauh dari nilai keikhlasan.

Panji memiliki caranya sendiri untuk menghilangkan kegundahan dalam hatinya. Ia biasanya menghubungi teman dan sahabat lamanya. Bercerita tentang masa lalu, ketika di sekolah, atau mengingat kejadian-kejadian lucu yang pernah ia lalui bersama teman-teman. Kadang ia ungkapkan dalam tulisan-tulisan dalam blog pribadi di internet. Mendengarkan lagu ruhani kesukaannya. Dan sekarang punya satu lagi tempat bercerita. Bang Idris. Pembimbing ruhaninya. Bang Idris rutin mengisi pengajajian di kantornya seminggu sekali. Ia juga bersama teman-teman yang kerja di tempat lain memiliki pertemuan khusus dengan Bang Idris. Pertemuan mingguan dalam bentuk halaqah mulai ia lakukan dengan intensif. Satu kelompok pengajiannya tidak lebih dari sepuluh orang. Namun ia benar-benar menemukan kedamaian disana. Ilmu, wawasan, keimanan, pergaulan dan persaudaraan ia temukan disana.

Panji pun mengambil hp­-nya dan mulai memencet tombol di atasnya. Ia ingin share masalahnya dengan Bang Idris. Wajahnya tiba-tiba berubah, ada rona keceriaan ketika ia membaca balasan dari murabbi­-nya itu. Indahnya berbagi.

(karimun/jm)


 

Sabar Itu Indah


Panji sedang menunggu temannya yang sedang dirawat di ruang VIP Rumah Sakit daerah. Sudah 3 hari ini Fajar, sahabat dekatnya terbaring disana. Sakit malaria. Penyakit ini sedang mewabah disini. Masih banyak lagi pasien yang dirawat. Mereka tampak kasihan. Ada ibu-ibu yang ketiga anaknya dirawat sekaligus karena sakit yang sama. Tampak juga bapak-bapak yang cemas di luar tunggu karena anaknya harus dimasukkan ke ruang ICU akibat sakit yang sama.

Panji merasakan kesedihan mereka. Namun ia berharap mereka sabar menghadapi ujian kehidupan ini. Ia ingat nasehat Bang Idris beberapa waktu lalu tentang kesabaran. Salah satunya adalah kesabaran ketika mendapatkan musibah.

Bekerja juga membutuhkan kesabaran. Ketika menunggu giliran kendaraan dinas, ketika menghadapi tekanan untuk mengejar target atau ketika ada permasalahan kecil yang harus diselesaikan dengan unit kerja lain.

Kesabaran juga diperlukan ketika menemui hambatan dalam melakukan pekerjaan. Menembus rumitnya birokrasi, menyelesaikan pekerjaaan yang detail atau melayani pengaduan pelanggan yang pelik. Bahkan juga kadang menghadapi kemarahan pelanggan yang merasa tidak terpenuhi keinginannya.

Demikian juga ketika mendapatkan hasil pekerjaan. Sukses dan gagal, dua-duanya memerlukan kesabaran. Dalam keberhasilan kita dituntut sabar dengan cara menyukurinya dan tidak berlebih-lebihan dalam mensikapi kesuksesan. Sabar untuk tidak terlalu bangga pada prestasi lalu menonjolkan kepada orang lain. Bahkan sabar ketika penilaian maupun apresiasi yang ia terima tidak seperti yang diperkirakan.

Ketika menemui kegagalan, dibutuhkan kesabaran untuk tidak menyerah dan selalu berusaha melakukan lagi yang lebih baik. Tidak putus asa dan berusaha bangkit lagi. Usaha yang terus menerus merupakan wujud sebuah kesabaran.

Dan membangun loyalitas pelanggan sungguh memerlukan ketelatenan dan kesabaran yang berlipat-lipat. Menjaga hubungan dengan relasi, rekan kerja dan sahabat membutuhkan kesabaran. Kesabaran adalah realisasi dari kecintaan. Tuhan pun bersama orang-orang yang sabar.

Panji tersadar dari lamunannya. Ia melihat Fajar yang baru saja terbangun dari istirahatnya. Teman kerja Fajar di departemen keuangan ada yang datang. Panji menyapa mereka dan lalu berpamitan. Ia menghampiri Fajar, memegang tangannya sembari berkata perlahan “semoga Allah memberikan ampunan dan menyembuhkan dan memberimu kesehatan, sabar ya…”
(karimun/jm)

 

Syukur Membawa Nikmat


Antin menatap tulisan pada mushaf kecil yang ia baca. Ketika ia terhenti pada ayat ketujuh surat Ibrahim yang artinya kurang lebih demikian “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Sudah menjadi rutinitas dalam kesehariannya, selepas sholat Subuh ia menyempatkan diri membaca Al Quran. Ia bahkan membuat target sendiri. Sehari ia menyelesaikan 1 juz atau sekurang-kurangnya 10 halaman. Disamping ia menyempatkan untuk menelaah artinya dan membaca tafsir Ibnu Katsir yang ia miliki. Antin memang memiliki jadwal rutin dan khusus untuk memupuk iman. Disamping shalat ia rajin mengaji, membaca buku-buku agama dan juga mengajarkan bila ada kesempatan.

Ia merenungi keadaannya. Sungguh banyak nikmat yang ia rasakan. Pekerjaan yang ia geluti, penghasilan yang ia dapatkan, keluarga yang harmonis, lingkungan sosial yang baik. Ia dikaruniai kecerdasan, prestasi yang cukup banyak, ilmu dan wawasan yang luas. Ia juga memiliki teman-teman yang baik. Apalagi sejak kehadiran Bang Idris yang menjadi pembimbing ruhani di kantor mereka. Teman sekantornya, Panji, sekarang rajin mendalami ilmu agama dengan bimbingan Bang Idris. Ia juga merasakan rejeki yang begitu banyak. Sungguh besar nikmat Allah, pikirnya.

Karena itulah ketika membaca ayat tersebut ia tercenung, dan berulang kali ia baca, ia resapi maknanya. Tidak ada kekurangan dalam dirinya.

Ia ingat kisah seorang seorang penjual peuyeum, makanan khas Jawa Barat. Ketika ia hendak pergi ke pasar, pikulannya patah di tengah sawah. Dagangannya berserakan hingga tinggal beberapa saja. Sesampai di jalan raya, ternyata mobil angkutan yang biasa membawanya ke pasar telah lewat. Ia kesal. Namun beberapa saat kemudian ia dnegar kabar mobil pick up yang membawa rombongan pedagang mengalami kecelakaan, jatuh ke jurang, semua penumpangnya meninggal. Pedagang itu merasa bersyukur tidak jadi ikut mobil angkutan tersebut.

Di tempat lain ada seorang penebang kayu yang senantiasa bersyukur dengan apa yang ia usahakan. Ia senantiasa bersikap jujur dan rela membantu sesamanya. Ternyata berkat kesabarannya ia makin lama usahanya makin maju sehingga ia bisa naik haji dengan hasil usahanya.

Antin menyadari sepenuhnya bahwa jiwa yang senantiasa bersyukur akan diliputi ketenangan. Batin yang qanaah akan diliputi ketentraman. Ia juga merasakan limpahan nikmat yang selalu ia terima hari demi hari. Kemudahan dalam pekerjaan. Hubungan dengan sesama yang harmonis. Adalah wujud kesyukuran. Sebagaimana janji Allah, manusia yang bersyukur, maka bagianya kenikmatan yang berlimpah. Syukur nikmat!
(karimun/jm)

 

Melayani dengan Mudah


Gagasan ini saya terima dari rekan kerja saya Robi. Ceritanya kami sedang menghadiri acara lomba sampan layar di Pulau Tulang, sebuah pulau kecil nan elok di sebelah tenggara pulau Karimun.
Acara sudah dibuka oleh Bupati. Sampan-sampan dengan layarnya yang cantik telah mulai berlayar sesuai dengan saf-nya. Saya dijadwalkan untuk memberikan hadiah kepada pemenang di akhir acara ini. Jadi kami harus menunggu sampai semua sampan mencapai finish.
Sambil menunggu keputusan juri, kami menyempatkan diri untuk keliling pantai sambil melihat pos material yang terpasang di sepanjang pantai juga di kedai-kedai yang tertata rapi di sepanjang jalan setapak.
Di salah satu kedai kami singgah. Terlihat sebuah nama terpampang di depan kedai. Daftar menu dan harga terpampang dengan jelas, tertulis dengan bahasa melayu yang khas. Yang menarik adalah pelayanan di kedai kecil ini. Mereka terlihat enjoy dengan pekerjaan mereka. Dan sistem pekerjaan yang menarik kami amati.

Front liner mereka adalah tiga orang gadis muda, umurnya berkisar antara 16-19 tahun. Namanya Surya, Nita dan Difa. Mereka selalu menyapa orang yang dekat ke kedai mereka dan menawari untuk singgah. Setelah dipersilakan duduk, dengan senyuman yang khas pengunjung ditawari minum, makan dengan beberapa menu sederhana yang mereka sediakan. Cukup sederhana, hanya mie goreng dan nasi goreng kampung, es buah atau es sirup limau.
Setelah pesanan di terima mereka sampaikan order ke bagian dapur. Dua orang ibu-ibu nampak dengan cekatan memasak di bagian dalam kedai. Dalam waktu singkat pesanan diambil lagi oleh pramusaji dan mengantarkan langsung ke pengunjung yang memesan.
Yang menarik lagi, ketika kami sedang makan, Surya sesekali menghampiri kami dan mengajak ngobrol singkat, menyakan rasa makanannya, mengambilkan tisue, menawari tambahan air atau hanya bertanya asal kami darimana. Masih dengan bahasa melayu yang sangat kental.
Setelah selesai menikmati makanan, mereka membersihkan piring dan mengantarkannya ke belakang. Disana telah menunggu seorang laki-laki yang setia mencuci piring, menyiapkan air dan kebutuhan logistik lainnya.
Robi sempat berbincang-bincang dengan mereka. Ketika ditanya sekolah dimana, tenryata mereka hanya lulus sekolah dasar. Dan pekerjaan inipun hanya dilakukan ketika ada even seperti ini saja. Kami terkejut karena mereka telah melakukan teori marketing yang rumit dengan sangat mudah. Setelah selesai kami berpamitan dan membayar biaya pesanan kami. Ternyata harganya tergolong murah. Lebih murah dari kedai lain di sekitarnya. Mereka juga menawari singgah lagi pulau ini lain waktu.
Surya, Nita dan Difa telah mengajarkan kepada kami tentang simple marketing, simple servicing. Pemasaran itu mudah. Semudah mereka dalam memberikan pelayanan.
(karimun/jm)


 

Pembelajar Sejati


Jacky merasa kesepian di kantor. Antin dan Panji sedang tugas ke luar kota. Mereka mengikuti sebuah pelatihan mengenai produk di kantor divisi. Untuk mengisi waktu sambil mengerjakan hal administratif yang harus diselesaikan ia sempat membuka internetnya. Biasanya jika salah satu dari mereka pergi luar kota, biasanya komunikasi dilakukan dengan chatting di internet.

“Lagi belajar apa?” Jacky mengetik kalimat itu di keyboard.
Dari seberang Antin menjawab “Product Knowledge, banyak hal baru yang bisa kita pelajari” “Nantilah sampai di kantor kita bisa sharing. Kamu juga harus tahu.”

Belajar memang satu hal yang penting dalam kehidupan kita. Sepanjang waktu kehidupan adalah waktu untuk belajar. Long life education. Itulah yang dimaksud oleh Cacuk Sudarijanto dalam bukunya Belajar Tiada Henti. Belajar bisa dilakukan dengan mengikuti pelatihan, seminar, talkshow dan acara training di perusahaan. Atau mengikuti pelajaran formal, kuliah, kursus atau mengikuti penjenjangan edukasi lainnya.

Dalam agama diajarkan konsep belajar seumur hidup. Belajar dari buaian sampai liang lahat. Bahkan mengingat pentingnya belajar ini, sebuah pepatah Arab menyebutkan belajarlah meskipun harus ke negeri Cina. Tidak ada batasan waktu maupun tempat untuk belajar.

Andreas Harefa menyindir kita agar mau Menjadi Pembelajar Sejati bukan hanya mengandalkan belajar formal. Justru tidak kalah penting adalah belajar dari pengalaman dan kehidupan keseharian kita adalah kelas pembelajaran yang tiada batas.

Rasulullah Muhammad memulai perubahan besar dengan mendidik para sahabat melalui proses panjang tarbiyah. Inilah pendidikan besar berjenjang yang ia lakukan untuk membentuk pribadi berkualitas itu. Sehingga hasil yang dicapai sungguh menakjubkan. Perubahan besar itu dimulai disana. Kemajuan teknologi dan peradaban. Demokratisasi, kemajuan berfikir dan melepaskan diri dari kejahilan.

Seorang marketer harus senantiasa memiliki kemampuan adaptasi dan cakap teknologi. Luwes dan tidak kuper. Merespon perubahan dengan cepat dan tepat. Mengetahui dan menyelesaikan persoalan dengan bijak Semuanya berawal dari belajar. Maka marilah kita belajar mulai dari sekarang. Dan jadilah pembelajar sejati.
(batam/jm)

 

Agen Perubahan


The Agent of Change. Panji melihat tulisan di meja tulis dalam kamar tidurnya. Kata mutiara itu telah hampir 5 tahun menghiasi mejanya bersama tulisan-tulisan motivasi yang lain. Seperti juga yang ia letakkan di atas meja kerja, samping komputer di kantornya. Sekali lagi ia memandangi foto bertuliskan kalimat penuh spirit itu.

Ia ingat presentasi Presiden Direktur yang ia ikuti hari itu, terkait juga dengan perubahan. Memang perubahan sesuatu yang niscaya dalam kehidupan ini. Berganti waktu karena perubahan. Bertambah usia juga perubahan. Berubah juga pada manusia, perubahan status, promosi dan mutasi, reorganisasi, restrukturisasi, semua menunjukkan dinamika sebuah perubahan. Sebagaimana dunia yang juga selalu berubah.

Kata Gay Hendricks dan Kate Ludeman, manusia “akan” berubah jika ia “ingin” berubah. Artinya perubahan itu membutuhkan subyek. Manusia menjadi subyek sekaligus obyek perubahan. Nasib dan keadaan kita tidak akan berubah kecuali kita memang benar-benar ingin berubah.

Seorang marketer sangat akrab dengan perubahan. Berubahnya kondisi pasar dengan begitu cepat membutuhkan respon yang tepat. Perubahan internal perusahaan juga perlu penyesuaian. Juga perubahan dalam diri sendiri. Untuk dapat merespon perubahan, kita perlu memiliki daya tahan sekaligus kemampuan. Inilah perlunya belajar. Masih ingat pembelajar sejati?

Perubahan besar diawali dari yang kecil. Sebagaimana kita tidak menempuh jalan puluhan kilometer kecuali dengan langkah pertama, maka awali perubahan dari diri Anda. Jika Anda ingin sistem tegak di organisasi Anda, maka tegakkanlah sistem dalam diri Anda. Pun bila Anda ingin disiplin tegak di negeri ini, tegakkanlah disiplin mulai dalam diri. Semuanya bermula dari diri sendiri.

Dalam Al Quran disebutkan “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. Perubahan harus diawali dari diri kita.

Panji ingat presentasi Presiden Direktur, untuk dapat berubah dibutuhkan kemauan (attitude), kemampuan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Inilah sesungguhnya yang menjadi modal bagi sang agen perubahan. Tiga kekuatan dahsyat manusia, kemauan erat kaitannya dengan spiritual (SQ), kemampuan adalah kecerdasan emosional (EQ) dan pengetahuan adalah kecerdasan pemikiran (IQ). Klop dengan teori The Spirituality of Marketing yang diajarkan Bang Idris.
(karimun/jm)

 

Memaknai Kemenangan


Menjadi Juara. Sebuah ungkapan yang paling Panji senangi. Apalagi ini adalah sebuah kejuaraan yang istimewa. Juara lomba tarik tambang. Lebih lagi, pelaksanaan kejuaraan ini tepat dalam rangka peringatan HUT Kemerdekaan.

Istimewa. Karena sejak kecil Panji sering mengikuti lomba-lomba tujuhbelasan. Tapi belum pernah menjadi juara. Paling banter “cuma” jadi juara kedua, ketiga atau juara harapan. Seperti yang Panji ikuti setiap peringatan tujuhbelasan di kantor. Dan memang spesialisasi Panji adalah tarik tambang. Mungkin terkait dengan postur tubuh Panji yang agak besar.

Kali ini kemenangan itu tercapai. Jalan menjadi juara tidak diraih dengan mudah. Harus mengalahkan tim-tim yang tangguh. Salah satu tim tarik tambang yang cukup kuat adalah tim yang di dalamnya terdiri dari para ABK alias pekerja kapal. Mereka hampir setiap hari bekerja keras dan terbiasa dengan tali. Namun regu itu bisa mereka kalahkan.

Sampai saat pemberiaan hadiah Panji merasa sangat terharu. Bukan karena bingkisan hadiah, namun makna dari sekian lam menginginkan sebuah predikat juara.

Hampir semua orang pernah menorehkan prestasi dalam kehidupannya. Dan bagi Panji cukup banyak prestasi pernah ia raih dalam kehidupannya. Lulusan terbaik ia raih sejak sekolah dasar, menengah dan SLTA. Bahkan setiap acara pelatihan ia acap meraih predikat sebagai peserta terbaik. Juara Matematika tingkat provinsi ia dapatkan ketika kelas 3 SMP. Lulusan terbaik juga ia dapatkan ketika melanjutkan kuliah D3-nya.

Namun juara tarik tambang baru sekali ini ia dapatkan. Baginya ini menjadi catatan sejarah khusus dalam seri kehidupannya. Dan tentu saja ini akan menambah semangatnya.

Mengingat prestasi. Inilah salah satu cara Panji senantiasa menjaga stabilitas motivasinya. Hingga ia senantiasa terlihat semangat dalam menjalani kehidupannya. Juga menjalankan profesinya sebagai marketer. Dan harus diakui pekerjaan menjual membutuhkan semangat yang tinggi. Kemauan yang besar.

Motivasi yang stabil. Itulah kiat kehidupannya. Bukan karena ia tidak mempunyai masalah. Kehidupan senantiasa diliputi permasalahan. Kehidupannya juga tidak bisa dibilang berkecukupan. Masalah yang dihadapi orang lain, ia rasakan juga. Namun ia senantiasa berusaha untuk menjaga keseimbangan hidupnya. Masalah kehidupan baginya untuk dihayati, bukan untuk membunuh dirinya.

Dan dengan mengingat keberhasilan yang pernah ia raih, kemenangan yang pernah ia dapatkan juga kesuksesan hidup, ia bisa mengendalikan semangat hidupnya. Masih banyak harapan yang bisa diraih. Masih banyak kemenangan yang akan ia torehkan. Dan kemenangan hati nuranilah yang ingin ia dapatkan.
(batam/jm)

 

Sang Motivator


Panji menatap kembali sebingkai figura yang berdiri di atas meja kejanya, tepat dihadapan wajahnya. Bukan foto seseorang, namun hanya sebuah kertas foto yang bertuliskan kalimat motivasi. Hiduplah Sukses Menurut Penilaian Tuhan dan satu lagi model yang sama dengan sebuah tulisan Betul, Anda Pasti Bisa dengan gambar sebuah jari yang menunjuk kearah wajahnya.

Kalimat motivasi tersebut ia dapatkan dari salah seorang guru motivasinya, Krisnamurti. Bahkan sang pembicara motivasi terkenal itu menandatangani langsung tulisan tersebut. Inilah salah satu dari sekian hal yang menjadikan Panji senantiasa semangat dalam hidupnya. Tentu saja ada hal lain, anak-anak, istri dan keluarga adalah sumber motivasi bagi dirinya.

Lihatlah berapa banyak orang sukses karena dukungan sang motivator. Tidak jarang kita temukan foto seseorang terpampang di meja kerja seseorang. Anak usia sekolah kerap memajang foto teman dan idolanya di meja belajar atau ruang kamarnya.

Suami, istri, anak, orangtua, keluarga adalah para motivator. Kekasih bisa jadi motivator kuat dalam hidup seseorang. Teman, sahabat dan saudara adalah motivator yang lainnya. Maka kita lihat seorang pemain bulu tangkis membawa ibunya dalam setiap pertandingan yang ia ikuti. Pemain tinju ada yang selalu membawa istrinya. Para politisi juga membawa istrinya dalam kancah politik. Bahkan Rasulullah juga selalu membawa istrinya dalam setiap peperangan yang diikuti. Mereka adalah sumber motivasi.

Ada nilai-nilai transendental yang lebih dalam bisa mempengaruhi pola dan gaya hidup seseorang. Yang menjadikan seorang lebih semangat, memiliki nilai kejuangan. Bahkan pengorbanan. Sebuah nilai yang tertanam dalam relung hatinya, mengalir dalam aliran darah dan denyut nadi kehidupannya. Mungkin juga doktrin hidupnya.

Inilah motivasi spiritual. Nilai-nilai ilahiah yang lahir dari dalam kesadaran spiritual. Keasadaran akan adanya nilai-nilai hakiki. Keberadaan tauladan utama yang menjadi panutan (ittiba’) dalam tiap aspek kehidupan. Nilai dan norma yang menjadi landasan dan pedoman. Hadits nabi dan ayat-ayat Kitab Suci adalah sumber nilai-nilai hakiki yang berisi motivasi kehidupan.

Seorang pemasar yang memiliki motivasi spiritual akan memiliki nilai kejuangan dan pengorbanan. Pemahaman dan pengamalan. Perjuangan dan pembelajaran. Taat hukum, asas dan norma yang digariskan. Motivator itu bisa jadi idola kehidupannya, panutan dan teladannya, nilai-nilai syariat yang dianutnya, keluarga yang menjadi tanggungjawabnya dan juga orang-orang yang dihormatinya.
Merekalah sesungguhnya sang motivator!

(tanjungbatu/jm)

Wednesday, March 29, 2006

 

Hidup Seimbang


Fredy, teman Jacky memang kasihan. Hidupnya sekarang harus digadaikan akibat pemakaian obat-obatan. Sebenarnya ia seorang pekerja yang tekun, juga rajin. Namun akibat salah pergaulan, dia mengalami over dosis. Setelah dirawat sekarang harus melakukan terapi khusus untuk menghindari ketergantungan. Badannya menjadi sangat kurus, matanya cekung dan sinar wajahnya tidak secerah dulu. Padahal boleh dibilang ia seorang pekerja yang berprestasi. Di perusahaan yang bergerak dalam penjualan mobil tempat ia bekerja, ia berhasil membukukan banyak penjualan. Bahkan bonusnya juga cukup besar.


Antin juga punya kisah yang hampir sama. Seorang kenalannya yang bekerja di sebuah perusahaan asuransi sekarang sedang menghadapi masalah besar. Rumah tangganya sedang mengalami krisis. Pertikaian dengan suaminya hampir tidak ada jalan penyelesaian kecuali berpisah. Dan ia menyadari bahwa ini adalah salahnya sendiri. Dengan kesibukannya sebagai agen ia cukup sibuk. Sehingga sering meninggalkan rumahnya. Yang lebih fatal lagi ia terbukti menjalin hubungan khusus dengan seorang relasinya. Seorang lelaki muda yang menjadi kontraktor bangunan. Mereka bertemu ketika presentasi tentang produk asuransi yang ia tawarkan.

Dan jika diungkap satu demi satu akan banyak permasalahan muncul di hadapan kita. Orang yang sukses dalam bisnis namun gagal dalam rumah tangga. Ada yang berhasil meniti karier namun tidak berhasil memanage dirinya sendiri. Ada yang meraih prestasi tinggi, lulus dengan nilai akademis yang maksimal namun ketika bekerja justru bermain curang. Atau bahkan melupakan kepentingan agamanya. Waktunya tersita untuk bekerja, hingga lupa ketika waktu sholat tiba. Sibuk melakukan transaksi bisnis namun meninggalkan kebutuhan ruhaninya.

Keseimbangan. Inilah kuncinya. Orang Arab menyebutnya tawazzun. Hidup seimbang. Sebagaimana Tuhan menciptakan alam semesta dengan keseimbangan. Ada siang ada alam, ada kering ada hujan. Ada mangsa ada pemangsa. Ada hidup ada mati. Inilah keseimbangan. Manusia diciptakan dengan potensi yang besar. Demi keseimbangan. Dijadikannya jasad yang kuat untuk melakukan pekerjaan fisik. Dijadikannya akal untuk berfikir dan dijadikan pada manusia ruh atau emosi untuk mengikatkan manusia ada kebutuhan akan Tuhan, Sang Pencipta. Juga kebutuhan kasih sayang.

Semuanya mesti dijaga agar tetap seimbang. Kebutuhan fisik adalah dengan memberikan konsumsi makanan yang baik, juga halal. Kebutuhan akal adalah dengan informasi dan ilmu, yakni senantiasa belajar dan menambah wawasan. Kebutuhan ruh adalah dengan aktivitas ibadah. Semuanya harus seimbang. Disinilah dibutuhkan sikap adil kepada diri sendiri.

Ketidakadailan jika kita hanya mengejar harta dunia namun melupakan masa depan yang pasti. Ketidakadilan juga ketika kita melupan hak-hak jasmani kita dan merusaknya dengan makanan yang merusak dan obat-obatan. Termasuk juga ketidakadilan jika kita melupakan ibadah dengan alasan kesibukan bekerja dan mencari nafkah. Tidak adil juga ketika kita melanggar norma dan etika umum dalam bekerja.

Jika hidup senantiasa seimbang. Jiwa kita akan tenang. Begini seharusnya pemasar !


 

Emphatic Selling


Dengan wajah ceria Antin memasuki ruang kerjanya. Seperti biasa Jacky yang selalu lebih dulu datang menyapa dengan senyum khasnya. “Ada apa nih kok ceria banget” sapa Jacky kepada koleganya itu. “Aku dapat ilmu baru,” jawab Antin. “Wah asyik nih, bagi-bagi dong ilmunya.” Panji menyahut.

Antin memang baru mengikuti sebuah seminar minggu lalu. Pembicaranya cukup terkenal, ahli marketing dan motivasi, James Gwee. Sebagai oleh-oleh buat teman-temannya ia memutarkan kaset rekaman salah satu seminar James Gwee tentang menjual dengan empati. Intinya adalah mengenai pentingnya mengetahui karakter pelanggan sehingga dapat melakukan pendekatan yang tepat sesuai karakternya.

Agar dapat melakukan pendekatan dengan empati, kita harus mengenal terlebih dahulu karakter calon pembeli yang kita hadapi, baru kita dapat melakukan treatment yang cocok untuk mereka. Begitu cerita James Gwee dalam kasetnya.

Ada 7 tipe personal dan ini sama sekali tidak terkait dengan jabatan, gelar maupun kedudukan seseorang. Ini hanya penamaan. Setelah kita mengetahui ciri masing-masing tipe, kita tinggal memasukkan dalam kategori ini dan melakukan pendekatan sesuai masing-masing tipe pelanggan.


- Tipe Penggerak, cirinya adalah selalu bergerak cepat, dinamis, murah senyum, suka menyapa dan cenderung mudah akrab dengan semua orang. Menghadapi karakter seperti ini kita lebih banyak membuat percakapan yang mengakrabkan. Jangan sekali-kali to the point, datang langsung bicara bisnis. Awali dengan pembicaraan yang akrab meskipun hanya sekedar basa-basi.

- Tipe Peresah, hampir selalu menilai sesuatu dari sisi negatif, kekurangan, keburukan dan lainnya. Ia juga selalu mengeluh dengan nasib dan keadaan bahkan sering membanggakan nasib buruknya itu. Cara menghadapinya dengan menunjukkan simpati sebagai wujud empati kita. Mereka tidak menyukai promosi yang berlebihan, menyebut produknya paling bagus. Karena itu kita tidak perlu ragu untuk menyampaikan kekurangan dari produk kita. Orang seperti ini biasanya membuat keputusan bukan karena yang terbagus, tetapi mana yang memiliki kekurangan paling sedikit.

- Tipe Politikus, selalu merasa betul dan menyalahkan orang lain, senang membanggakan kelebihan dan kedudukannya. Ia juga merasa pintar sendiri dan orang lain tidak sepintar dia. Jika membuat janji, kita harus hadir beberapa saat sebelum jam yang ditentukan. Menghadapi tipe ini, awali dengan membuat ia senang. Mereka senang dipuji, maka berikan pujian dan penghargaan. Mereka biasanya senang mencantumkan gelar akademik, koleksi prestasi dan lainnya. Tunjukkan kekaguman dengan menyebut prestasinya.

- Tipe Seniman, mereka memiliki kebutuhan dasar ingin menciptakan sesuatu yang baru, menghargai hal-hal yang sifatnya kreatif dan inovatif. Ciri orang seperti ini biasanya berdandan rapi dan berani tampil beda. Bersikaplah profesional kepada orang seperti ini. Jangan terlalu memaksa untuk bersikap akrab atau terlalu dekat. Karena orang seperti ini lebih menghargai mutu dan kreativitas, maka sampaikanlah nilai lebih dan keunggulan produk kita. Tunjukkan kecanggihan dan hal-hal keratif lainnya. Mereka tidak terpengaruh dengan harga, namun mementingkan mutu produk. Hati-hati dalam berbicara, karena orang tipe ini tidak mau pembicaraannya diputus. Usahakan lebih banyak mendengar.

- Tipe Insinyur, ingin menyelesaikan masalah, teratur dalam setiap pekerjaan, menginginkan sesuatu yang detil. Sering memiliki planning dan ia mampu menjalankannya dengan baik. Orang seperti ini juga biasanya orang lapangan. Jarang berdiam di kantor. Suka membaca buku-buku manual dan hal-hal teknis lainnya. Karena menyukai hal yang detil, bawalah tabel perbandingan, spesifikasi produk, features dan hal khusus lainnya tentang produk kita. Orang seperti ini juga senang literatur, fakta dan bukti. Sertakanlah bukti dan fakta dalam setiap pembicaraan yang kita lakukan.

- Tipe Penggiat, memandang sukses secara materi, tidak mementingkan kualitas, lebih konsen kepada harga. Mereka menyukai penghargaan bersifat materi. Bawakanlah hal-hal menarik sebagai ‘sogokan’ resmi untuk menyenangkan mereka. Dengan memberi souvenir, kenang-kenangan atau hadiah-hadiah kecil mereka akan merasa senang. Orang pada tipe ini juga tidak mementingkan mutu produk. Konsen pada harga.

- Tipe Normal, tidak memiliki ciri khusus, ia menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan. Karena tipe seperti ini tidak menunjukkan ciri yang menyolok dan spesifik, maka kita harus teliti dalam sikapnya. Tunggu dan lihat gaya bicaranya, jika tidak masuk dalam 6 kategori sebelumnya, maka ia mungkin kategori normal. Biasanya orang seperti ini tidak ingin sesuatu yang berbeda apalagi menyolok. Maka memperlakukannya juga sesuai standar yang kita miliki. Tidak memerlukan treatment khusus karena justru mereka tidak ingin dibedakan dengan pelanggan lainnya.

“Wah, benar yang disampaikan Pak James itu, pas sekali dengan kondisi kita. Ini sangat bermanfaat untuk melakukan pendekatan dengan pelanggan kita” komentar Jacky setelah mendengar rekaman tersebut. “Ini juga yang ada dalam konsep spiritualitas pemasaran itu yang pernah saya sampaikan” tambah Panji.

Bagian ini disadur dari kaset ceramah "Selling with Emphaty" Mr. James Gwee. Terima kasih Pak James.
(karimun/jm)


 

Memupuk Sensitifitas


Tiba-tiba Antin mudah tersinggung. Sedikit saja ada kata yang menyangkut dengan dirinya langsung ia respon. Kadang dengan ketus. Jacky menjadi ikut-ikutan jadi emosi. “Kenapa sih kok kamu jadi sensitif seperti itu.” Sergah Jacky ketika Antin merasa mereka membicarakan tentang dirinya.


Berbagai hal bisa membuat seseorang sensitif. Uang, jabatan, kedudukan, masalah keluarga dan cinta adalah sesuatu yang sensitif. Namun dalam masalah-masalah sosial tidak banyak orang yang memiliki sensitifitas. Di saat krisis melanda negeri ini, banyak pejabat yang hidup bermewahan. Ketika sebagian orang kesusahan mendapatkan seliter minyak tanah, sebagian yang lain membeli kendaraan mewah. Tatkala rakyat sulit membeli beras, banyak makanan terbuang di rumah makan dan restoran mewah. Demikian juga paradoks antara yang kelaparan di kolong jembatan dan rumah liar, sebagian yang lain kebingungan mencari pilihan tempat makan yang nyaman.

Hilangnya sensitfitas ini menjadi salah satu sumber masalah yang menjadikan krisis tidak kunjung berujung. Karena itulah dibutuhkan kepekaan. Peka terhadap kondisi sekitar. Responsif terhadap segala aktifitas kebaikan.

Seorang marketer pun membutuhkan sensitifitas. Kepekaan terhadap kejadian di luaran. Tanggap dengan segala kejadian. Baik yang terkait dengan pelanggan, maupun isu lingkungan sekitar.

Di salah satu mall di Batam ada kejadian menarik. Ketika salah seorang pengunjung mall itu mengalami musibah yakni mobil orang tersebut disatroni orang. Kaca jendelanya pecah dan tas yang disimpan di jok belakang hilang. Pengunjung ini mengadu kepada pengelola mall. Respon dari pengelola mall sungguh menakjubkan, ia mencari mobil pengganti untuk mengantarkan pengunjung tersebut ke tempat yang ia tuju. Tidak berapa lama, mobil yang bersangkutan diantar ke lokasi itu dalam keadaan baik kembali. Kacanya sudah diganti yang baru. Dan di dalamnya ada telah ada sebuah tas merk terkenal yang berisi sebuah kartu ucapan permintaan maaf.

Inilah kepekaan itu. Peka terhadap setiap kejadian dan respon terhadap keadaan yang ada. Ketika ada pelanggan yang sedang berbahagia, sangat wajar jika kita memberikan ucapan selamat. Ketika ulang tahun, pernikahan, mendapatkan kelahiran anak, kenaikan pangkat, anugerah penghargaan dan saat bahagia lainnya. Kado kecil dan ucapan turut bahagia akan menumbuhkan kenangan yang luar biasa. Demikian juga ketika menerima musibah, ungkapan bela sungkawa dan turut keprihatinan dapat dijadikan sarana untuk mengungkapkan kepekaan.

Kepekaan dan sensitifitas dapat dipupuk dengan banyak belajar, membaca, mendengar dan pengalaman. Karena itulah semakin tinggi jam terbang seseorang semakin peka ia terhadap keadaan. Seperti nahkoda kapal, semakin sering berlayar semakin peka terhadap perubahan nelayan. Sensitifitas akan membawa seseorang menjadi mudah menerima perubahan. Rasulullah mengajarkan kita untuk peka terhadap lingkungan sekitar. Bahkan kepekaan sosial dicontohkan agar ketika memasak makanan hendaknya memperbanyak kuah dan mengirimkan kepada tetangga sekitar.

Sensitifitas, kepekaan, nilai sosial, perubahan. Kunci spiritualitas kita.
(karimun/jm)

nb: terima kasih pak stp yang telah memberikan inspirasi untuk tulisan ini.


 

Akhir Pekan

Hari Jumat merupakan hari yang istimewa. Karena ini hari terakhir hari kerja minggu ini. Orang Eropa mengatakan “Thanks God, because this day is Friday”. Namun bukan berarti bahwa Jumat adalah free day. Hari bebas. Hari Krida, kata sebagian rekan kerja kita. Sebaliknya justru istimewanya hari ini adalah hari guna dimaksimalkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan.

Keistimewaan lain, setelah Jumat adalah Sabtu. Week end. Banyak agenda yang dibuat untuk mengisi akhir pekan. Para bapak telah mengagendakan acara dengan keluarganya. Mengajak si kecil jalan-jalan ke taman bermain. Mengajak istri untuk berlibur. Atau sekedar silaturahim ke orang-ornaag terdekat. Kalangan muda juga telah membuat agenda masing mereka.

Demikian juga Jacky. Ia telah membuat janji dengan teman-temannya untuk pergi hiking. Kali ini gunung jantan yang menjadi sasarannya. Ia mengajak teman-temannya untuk cross country hingga ke puncak gunung tertinggi di kota ini. Mereka memulai dari pusat kota, menyurusi jalan raya hingga di lereng gunung baru mereka menerobos hutan. Menjelang sore mereka telah sampai di lokasi kemah. Malamnya mereka menginap di sana untuk bertafakur.

Lain halnya Antin. Ia menghabiskan akhir pekan bersama anak-anak binaannya. Kegiatan sosial yang ia jalani menjadikan jadwal akhir pekannya sungguh padat. Hampir setiap malam minggu ada acara mulai dari renungan, bimbingan, kunjungan ke panti asuhan sampai pada acara-acara kerohanian. Ia juga sering mengisi pengajian remaja putri di masjid-masjid. Kadang acara bersama ibu-ibu wirid dan majelis taklim.

Panji lain lagi. Ia menggunakan kesempatan akhir pekan untuk membuat acara bersama dengan relasi bisnisnya. Kadang bersama pelanggannya, baik personal maupun rombongan beberapa orang. Kadang ia bersama koleganya yang wartawan. Kadang ia bersama temannya yang pengelola wartel, pejabat, pengurus organisasi bisnis, kelompok kerja, LSM atau kumpulan lainnya. Ada saja yang ia lakukan bersama relasinya itu. Mulai dari mancing, makan sate, ngopi, bincang-bincang, sampai pada acara sosial, mengunjungi rumah sakit, perayaan ulang tahun, bakti sosial, kampanye hemat energi, juga seminar dan pengajian. Banyak yang ia lakukan. Tergantung momen dan dengan siapa ia jalan.

Sebagai seorang marketer, Panji menyadari bahwa kebersamaannya dengan pelanggan dan relasi bisnis adalah momen yang tidak boleh dilewatkan. Bahkan kadang ia mengaja menciptkan momen tersebut. Ia ingin pelanggan dan relasinya memiliki kenangan bersamanya. Experience. Pangalaman bersama pelanggan. Sebagaimana seorang kekasih yang tidak pernah melupakan kenangan dan pengalaman indah bersama dambaan hatinya. Seorang pemasar juga ‘berhak’ membuat kenangan dan pengalaman bersama pelanggannya. Semakin dalam kesan yang timbul dari pengalaman, semakin dalam kenangan yang tersimpan.

Akhir pekan adalah momen menciptakan kenangan. Orang-orang yang sedang menjalin asmara membuat kenangan. Para ayah membuat kenangan dengan anak-anaknya. Suami membtuat kenangan bersama istrinya. Tidak salah jika para manajer membuat kenangan dengan anak buahnya. Marketer membuat pengalaman dengan para pelanggannya. Indahnya akhir pekan!

(karimun/jm)


This page is powered by Blogger. Isn't yours?