Friday, April 14, 2006
Kerja Cerdas hingga Tuntas
Panji baru saja bertemu dengan Faqih. Seorang sahabatnya yang bekerja sebagai apoteker. Sarjana Farmasi yang baru mengakhiri lajangnya ini masih muda. Lebih muda dari Panji. Selain bersahabat, mereka juga sama-sama aktif di LSM pemuda di kota ini. Mereka berdua adalah ‘murid’ spiritual Bang Idris.
Faqih menceritakan kesedihannya. Ia baru saja dimarahi Regional Manager-nya. Ia dianggap tidak kompeten dalam bekerja, sering meninggalkan pekerjaannya dan gagal mencapai target pemasaran untuk wilayahnya.
Meskipun seorang apoteker, ia merangkap sebagai Area Manager di kota ini. Dan ia memang diberikan target pendapatan untuk semua outlet apotiknya disini. Namun akhir-akhir ini, kesibukannya di luar pekerjaan menyita waktu yang cukup banyak, sehingga untuk acara perusahaan yang diluar jam kerja sering tidak ia ikuti. Makan malam bersama kolega, party dan seremonial lain jarang sekali ia hadiri. Disamping kesibukan, memang ia tidak melihat manfaat yang cukup besar dari acara seperti itu bagi dirinya.
Pertemuan dengan Bang Idris menjadi ajang untuk berkeluh kesah. Panji dan Faqih dalam posisi pekerjaan yang hampir sama, meskipun sama-sama muda, mereka in action sebagai Area Manager di perusahaan mereka. Yang berbeda, Panji mencapai prestasi yang bagus dalam pekerjaannya, sehingga ia banyak menerima pujian dari atasannya. Faqih kurang berhasil dalam mencapai target omset yang dibebankan kepadanya.
“Sebagai seorang aktivis, kita harus adil dengan diri kita.” Bang Idris memulai nasihatnya. “Pekerjaan dan aktivitas sosial harus seimbang. Inilah wujud kredibilitas kita sesungguhnya.” Bang Idris memberikan nasihat dengan hati-hati. Ia juga mengupas tentang tanggungjawab seorang dalam bekerja. Bahwa potensi yang kita miliki harus dioptimalkan. Melakukan pekerjaan dengan segala kecerdasan yang kita miliki akan menjadikan kita terbiasa sistematis, terjadwal dan terukur. Bukan hanya sekedar melakukan pekerjaan.
“Dan bukan hanya bekerja dengan cerdas, namun pekerjaan harus dikerjakan hingga tuntas. Bukan setengah-setengah, apalagi tidak dikerjakan. Inilah konsep itqon sebagaimana yang diajarkan Rasulullah Muhammad.” Bang Idris melanjutnya. “Inilah kelanjutan dari konsep tawazun, keseimbangan.”
“Saya mengerti.” Sahut Panji menimpali. “Dimanapun tempatnya jika tidak ada keseimbangan akan selalu muncul masalah. Tuhan menciptakan seluruh isi dunia dengan prinsip keseimbangan. Mencipta malam lengkap dengan siang, mengganti panas dengan dingin, menurunkan hujan dan cahaya matahari. Manusia tidur dan berjaga, ada laki-laki ada wanita termasuk ada hidup dan ada kematian. Hilangnya keseimbangan akan menghadirkan ketidakadilan.”
“Saya mengakui, ternyata memang saya belum menerapkan keseimbangan dalam hidup saya.” Faqih mengutarakan isi hatinya.
Itulah aspek keseimbangan menjadi penting. Orang yang cerdas akalnya tanpa kekokohan spiritual boleh jadi akan melakukan kejahatan manipulasi, orang yang kerja keras tanpa kreatifitas dan kecerdasan barangkali tidak mencapai hasil optimal. Maka keseimbangan merupakan wujud nyata integralitas kecerdasan manusia. Termasuk wiraniaga!
(karimun/jm).