Friday, April 14, 2006

 

Wiraniaga Tangguh.


Namanya Roy. Ia drop out dari sebuah perguruan tinggi negeri di Semarang. Karena alasan klasik, biaya. Sekarang ia hampir setiap hari terlihat di pelabuhan domestik Sekupang. Pada hari-hari tertentu dua kali seminggu ia ke Tanjung Balai. Pekerjaannya, menjajakan kue donat merk lokal. Harganya juga murah. Namun lihat bagaimana ia menjual dagangannya

Di tangannya sekantong plastik besar berisi kotak-kotak kue. Setiap kotak berisi 10 donat beraneka rasa dan warna. Roy berkeliling ruang tunggu pelabuhan. Setiap orang yang duduk hampir tidak terlewatkan ia tawari dagangannya. Dengan bahasa yang sopan dan ia menjelaskan keistimewaan dagangannya. Kemasan yang praktis, harga yang terjangkau dan cara menjual yang bagus membuat omset penjualannya cukup fantastis bagi ukuran pegadang asongan. Setiap hari rata-rata 25 hingga 50 kotak terjual. Harganya 20 ribu per kotak. Artinya setiap hari ia menjual 500 ribu sampai 1 juta rupiah.

Yang menjadikan ia banyak dikenal adalah karena ia ramah dan ingat orang-orang yang pernah membeli produknya. Padahal mereka dalam perjalanan. Tapi ia berusaha mengingat dan selalu menyapa jika berjumpa. Dan pada kesempatan kedua ia tidak menawarkan dagangan lagi. Justru ia hanya mengajak bicara, dan bercerita lainnya. Kadang-kadang pembelinya yang bertanya, mana dagangannya.

Saya sering kedatangan direct seller baik di kantor maupun di rumah. Paling sering yang menjual buku-buku, ensiklopedi, vcd pendidikan, kamus hingga hiasan rumah. Salah satunya namanya Amad. Dia hanya lulusan STM di Jogja. Sebenarnya ia dulu melamar sebagai driver di perusahaannya. Namun ia tugasi menjadi sales.

Dengan sabar dan tetap semangat ia berkeliling, mengunjungi satu demi satu orang, keluar masuk kantor dan instansi untuk menawarkan buku dan ensiklopedi. Saya kebetulan mengetahui dengan pasti harga-harga buku tersebut di penerbitnya. Perusahaan direct selling seperti ini menaikkan harga sampai beberapa kali dari harga penerbitan. Dan honor para sales didapatkan dari prosentase atau komisi. Amad bisa mendapatkan komisi rata-rata 2-3 juta setiap bulan.

Demikian juga Asih. Direct seller juga. Ia menawarkan hiasan kaligrafi dari bahan kuningan. Di kota saya Kudus, harganya murah. Tidak sampai 300 ribu untuk yang berkualitas kuningan murni. Karena memang dari asli dari sana, termasuk Jepara. Namun benda-benda ini di Batam oleh Asih ditawarkan dengan harga empat kali lipat. Omset penjualan Asih bisa mencapai puluhan juta setiap bulan. Ia menerima bonus 4-5 juta dari sana. Dan lebih hebat lagi, kata dia ada temannya yang bisa mencapai komisi 30 juta dalam 1 bulan.

Banyak sekali saya mengenal secara langsung praktisi MLM yang meraih bonus bulanannya puluhan juta rupiah. Bukan dengan mudah mereka raih. Namun dengan kerja keras. Bahkan jam kerjanya bisa jadi 2 kali lipat jam kerja kita. Nani, seorang leader identic hampir setiap bulan menerima 8-10 juta sebulan. Agung Yulianto dengan produk Nigella Sativa membukukan bonus bulanan sekitar 15 juta. Ada banyak lagi yang mencapai 50 hingga ratusan juta rupiah.

Mereka tidak mendapatkan itu semua dengan berpangku tangan, atau dengan duduk manis di atas meja seperti yang banyak diteorikan. Namun mereka bekerja dengan keras. Rajin mencari prospek, menjalin networking, melakukan duplikasi, selalu mengembangkan diri, bahkan mereka dengan biaya sendiri mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya.

Ada banyak wiraniaga yang berhasil membukukan penjualan yang luar biasa. Bukan karena nasib baik semata, namun lebih kepada kemauan dan kemampuan mereka untuk bekerja dengan baik. Didukung dengan pengetahuan tentunya.

Satu lagi, daya tahan mereka terhadap ujian, penolakan hingga pengusiran, mengantarkan mereka pada keberhasilan. Inilah yang menjadikan mereka tangguh dalam profesinya.
(karimun/jm/30)

Comments: Post a Comment

<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?