Friday, April 14, 2006
Kenangan Bersama Ayah
Selesai sudah semua tugasnya di kota ini. Panji meminta bantuan sopir kantor untuk mengantarnya ke stasiun kereta. Ia bergegas berpamitan dengan teman-temannya lalu melesat ke depan kantor. Ia tidak ingin ketinggalan.
Panji sedang bertugas ke luar kota. Kota besar di ujung timur pulau Jawa, Surabaya. Ia berangkat dengan penerbangan langsung. Ada tugas yang harus diselesaikan disana. Bertemu dengan kolega dan rapat untuk beberapa masalah pekerjaannya. Sebenarnya cukup lama ia ingin berkunjung ke kota ini. Namun baru sekali ini ia berkesempatan mengunjungi kota pahlawan yang terkenal itu.
Sengaja juga ia merancang kepulangannya tidak langsung dari Surabaya. Namun ia memesan tiket pulang dari Jakarta. Ia berencana menikmati perjalanan dengan naik kereta malam yang terkenal kenyamanannya itu. Ia ingin juga menikmati pemandangan lautan pantai utara.
Sepanjang perjalanan, ia lebih banyak diam. Hanya sesekali menyapa dan melempar senyum kepada penumpang lain yang kebetulan bertemu pandang. Kemudian ia lanjutkan dengan melihat pemandangan di luar dan sesekali membaca buku yang ia bawa. Sepasang earphone menempel di telinganya. Dari mp3 player nya sedang berdendang sebuah lagu kesukaannya “kenangan bersama ayah” lagu acapela gubahan grup Suara Persaudaraan, Malang, teman-teman kenalannya.
Dalam sebuah perjalanan menyusuri pantai utaraBerkereta di tengah malam Surabaya - JakartaKuteringat masa indah di masa-masa kecilkuKenangan bersama ayah di kampung halamanSungguh indahTerlalu manis untuk dilupakanSungguh mesraMeski beriring keteganganSuasana pengajian petang seperempat malam pertamaRiuh rendah suara hafalan atau cemeti hukumanHening hanya decahan kala epik dipaparkanLiku-liku perjuangan para pahlawan IslamYang gagah perkasaDi medan perjuanganYang tak takut matiUntuk meraih kemuliaan IslamAyah terima kasih nanda haturkan kepadamuYang telah mendidik dan membesarkanku bersama ibuAyah engkaulah guruku yang terbaik sepanjang usiakuYang telah membimbing masa kecilku meniti jalan TuhankuAllah s'moga Kau berkenanMembalas s'gala kebaikannyaMenerimanya, dan meridhoinyaDi hadirat-Mu
Tanpa disadari, ada cairan menetes di sudut matanya. Ingin rasanya ia berhenti di kota ini lalu pulang ke kampung halamannya. Hampir semua bait lagu acapela itu sama persis dengan yang pernah ia alami. Kenangan indah bersama ayah adalah sesuatu yang sama sekali tidak bisa ia lupakan. Sekarang ia membayangkan, saat ini ayahnya sudah beranjak tua, bertambah keriput, semakin lemah fisiknya. Namun ia tahu semangatnya tidak pernah memudar untuk bekerja dan berusaha. Termasuk menyambung hidup dengan tetap bekerja meskipun dengan apa adanya.
Jika tidak ingat tugasnya, ia akan mengambil cuti atau sekedar meminta ijin untuk kembali agak lambat dari jadwal. Namun banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Ia juga telah menjanjikan proposal untuk kerjasama dengan PT Timah. Ia ada janji dengan asosiasi pengusaha, LSM pemuda dan banyak lagi ….
Setiap ia mengenang ayahnya, muncul semangat dalam dirinya. Semangat untuk bekerja lebih banyak lagi, lebih baik lagi. Keluarganya memberikan motivasi yang besar dalam dirinya. Ia merasa bertanggungjawab atas semua kebahagiaan atau kesusahan mereka. Ia ingin menjadi seorang yang dibutuhkan dalam keluarganya. Ia ingin menjadi kebanggaan ayah dan ibunya, juga adik-adiknya yang sedang beranjak remaja.
Ayah, kenangan bersamamu, mengingatkanku untuk terus bertahan, bekerja dan berjuang. Aku ingin sepertimu, tegar dalam kehidupan.
Kereta berhenti di sebuah stasiun besar di kota Semarang. Panji masih terdiam dalam kenangan…
(karimun/jm)