Friday, April 14, 2006
Sabar Itu Indah
Panji sedang menunggu temannya yang sedang dirawat di ruang VIP Rumah Sakit daerah. Sudah 3 hari ini Fajar, sahabat dekatnya terbaring disana. Sakit malaria. Penyakit ini sedang mewabah disini. Masih banyak lagi pasien yang dirawat. Mereka tampak kasihan. Ada ibu-ibu yang ketiga anaknya dirawat sekaligus karena sakit yang sama. Tampak juga bapak-bapak yang cemas di luar tunggu karena anaknya harus dimasukkan ke ruang ICU akibat sakit yang sama.
Panji merasakan kesedihan mereka. Namun ia berharap mereka sabar menghadapi ujian kehidupan ini. Ia ingat nasehat Bang Idris beberapa waktu lalu tentang kesabaran. Salah satunya adalah kesabaran ketika mendapatkan musibah.
Bekerja juga membutuhkan kesabaran. Ketika menunggu giliran kendaraan dinas, ketika menghadapi tekanan untuk mengejar target atau ketika ada permasalahan kecil yang harus diselesaikan dengan unit kerja lain.
Kesabaran juga diperlukan ketika menemui hambatan dalam melakukan pekerjaan. Menembus rumitnya birokrasi, menyelesaikan pekerjaaan yang detail atau melayani pengaduan pelanggan yang pelik. Bahkan juga kadang menghadapi kemarahan pelanggan yang merasa tidak terpenuhi keinginannya.
Demikian juga ketika mendapatkan hasil pekerjaan. Sukses dan gagal, dua-duanya memerlukan kesabaran. Dalam keberhasilan kita dituntut sabar dengan cara menyukurinya dan tidak berlebih-lebihan dalam mensikapi kesuksesan. Sabar untuk tidak terlalu bangga pada prestasi lalu menonjolkan kepada orang lain. Bahkan sabar ketika penilaian maupun apresiasi yang ia terima tidak seperti yang diperkirakan.
Ketika menemui kegagalan, dibutuhkan kesabaran untuk tidak menyerah dan selalu berusaha melakukan lagi yang lebih baik. Tidak putus asa dan berusaha bangkit lagi. Usaha yang terus menerus merupakan wujud sebuah kesabaran.
Dan membangun loyalitas pelanggan sungguh memerlukan ketelatenan dan kesabaran yang berlipat-lipat. Menjaga hubungan dengan relasi, rekan kerja dan sahabat membutuhkan kesabaran. Kesabaran adalah realisasi dari kecintaan. Tuhan pun bersama orang-orang yang sabar.
Panji tersadar dari lamunannya. Ia melihat Fajar yang baru saja terbangun dari istirahatnya. Teman kerja Fajar di departemen keuangan ada yang datang. Panji menyapa mereka dan lalu berpamitan. Ia menghampiri Fajar, memegang tangannya sembari berkata perlahan “semoga Allah memberikan ampunan dan menyembuhkan dan memberimu kesehatan, sabar ya…”
(karimun/jm)