Tuesday, March 28, 2006
Saat Memberi Saat Menerima
Jika Anda bertanya kepada kepada seorang wanita yang sedang jatuh hati apa, pilih yang mana, diberi sekuntum bunga mawar atau diberi selembar uang lima puluh ribu. Sebagian besar akan memilih sekuntum bunga mawar. Apalagi jika diberikan oleh pujaan hatinya dan lebih lagi pada saat yang spesial. Antin salah satunya. Semalaman ia tidak bisa tidur. Berkali-kali ia memandangi bunga mawar ia pajang di atas meja dalam kamarnya. Seorang lelaki tak dikenal mengirimnya melalui kurir. Hanya tulisan kecil “dari seseorang”. Namun ada inisial Fr disitu.
Antin sudah 3 tahun bekerja sebagai tenaga marketing di perusahaan tersebut. Sarjana Ekonomi dari sebuah perguruan tinggi swasta. Usianya yang menginjak seperempat abad semakin menambah kematangan dia dalam meniti kariernya. Berbagai teori pemasaran telah ia dapatkan sejak masih di bangku kuliah maupun dalam seminar-seminar yang diikuti. Namun ia juga banyak belajar dari ‘kampus’ kehidupan tentang pemasaran. Kejadian dalam kehidupan tentang spirit, cinta, empati dan perjuangan hidup sangat aplikatif dan implemented di dunia pemasaran. Ditambah lagi beberapa buku yang ia baca tentang Emotional Marketing, Eternity Marketing, Marketing in Venus, The Corporate Mystic dan banyak buku lain yang membahas hal serupa.
Sekali lagi Antin mengambil bunga dan memandangi tulisan yang tertempel di tangkainya. Fr. Inisial itu ia coba hubungkan dengan sahabat, teman kerja dan orang yang ia kenal termasuk pelanggannya. Ada Firman, Feri, Firmansyah, Ferialdi, Ferdinand atau Ferrasta. Wah semakin bingung. Jujur ia merasa senang dengan kiriman bunga tersebut. Ia berharap Firmanlah yang mengirim. Pelanggan setianya yang seorang dokter itu memang istimewa. Muda, cerdas, baik dan tentu saja tampan.
Memberi. Inilah pembicaraan kita. Pemberian yang sederhana bisa menjadi istimewa jika diberikan dengan tulus dan dilandasi cinta. Jujur bahwa hampir semua orang senang jika menerima pemberian seseorang. Tidak peduli harga dan bentuk pemberian itu. Sebagaimana kita senang jika ada teman kita yang memberi oleh-oleh sepulang dari bepergian. Anak yang senang menerima oleh-oleh dari ayahnya sepulang kerja.
Seorang markerter terkesan hanya datang ketika menawarkan produk. Sehingga tidak jarang kehadirannya menjadi sesuatu yang nggegirisi kata orang Jawa. Lihatlah kalau ada sales datang mencari kita di kantor atau di rumah. Tidak lain hanya menawarkan ini dan itu yang akan ia jual.
Kenapa kita tidak mencoba melakukan hal lain. Datangilah pelanggan atau calon pelanggan Anda dengan kunjungan yang bersahabat. ‘Tanggalkan’ sementara status Anda sebagai sales. Anda bisa datang tepat dihari ulangtahunnya atau hari tertentu yang istimewa. Ucapan selamat atau sekedar hadiah kecil mungkin akan menjadi istimewa bagi seseorang. Experience. Menciptakan pengalaman bersama pelanggan. Demikian bahasa marketing with love-nya Ippho Santosa.
Demikian yang dilakukan Antin. Di luar program ‘resmi’ sebagai marketer ia juga aktif di kegiatan sosial. Ia juga seorang pembicara seminar, pelatih motivasi, konseling remaja dan aktif juga dalam kampanye anti narkoba. Tidak jarang ia datang ke sekolah-sekolah untuk menjadi penceramah dalam kegiatan penyuluhan, orientasi siswa (MOS) dan Pramuka. Ia rutin mengisi acara mentoring kerohanian Islam di beberapa sekolah. Ia dikenal para guru dan kepala sekolah. Gadis berjilbab ini selain dikenal sebagai pemasar juga sebagai ustadzah. Dua hal yang berkaitan erat meski tampak berbeda. Hasilnya luar biasa. Sebagian besar guru sekarang menggunakan jasa kartu seluler produk perusahaannya. Demikian juga murid di sekolah-sekolah ini. Namanya banyak dikenal seiring dengan populernya perusahaan tempat ia bekerja, juga produk kartu selulernya.
Ia berprinsip bahwa hidup harus dimanfaatkan untuk berbuat sebanyak-banyaknya kebaikan bagi orang lain. Inilah kepuasaan hakiki. Kesempatan untuk memberi adalah rejeki yang sesungguhnya. Memberi apapun yang bisa dilakukan. Harta, tenaga dan ilmu. Semuanya didedikasikan untuk kebaikan. Dan satu hal yang menjadi keyakinan dalam hatinya, ketulusan kita dalam memberi akan membawa berkah dalam hidup kita. Dan Tuhan akan mengembalikan kepada kita dengan keluasan pintu rejeki.
Dan inilah salah satu prinsip marketing yang ia aplikasikan dari kempus kehidupan itu. Memberi untuk menerima.
Ia ingat sekuntum mawar dikamarnya, apakah sang pemberi bunga juga berhak menerima..?