Thursday, March 23, 2006
Perubahan Motivasi
Setiap orang ingin bahagia. Namun nilai kebahagiaan diakui setiap orang bukan hanya karena materi semata. Itu hanya sebagian dari kebahagiaan. Jika kita tanya setiap orang apakah dengan tingginya gaji dan banyaknya harta ia bahagia, mungkin itu hanya sebagian kecil saja. Tetapi jika kita tanya kebahagiaan yang hakiki akan terkait erat dengan kepuasan batin, ketenangan hati, interaksi sosial yang harmonis, rasa syukur, aktualisasi diri dan yang paling puncak adalah ‘kerinduan akan ketuhanan’ yaitu keinginan setiap manusia untuk damai di akhir hayatnya bersama sang Pencipta.
Capaian materi (rational-goal) adalah sebagian dari tujuan manusia bekerja. Karena dengan capaian inilah akan teraktualisasi pemenuhan kebutuhan hidup. Dengannya kita memiliki tempat tinggal, kendaraan dan standar kehidupan lainnya.
Bahkan agama tidak melarang manusia untuk mengumpulkan harta. Sebagiannya justru menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung spiritualitas manusia. Kewajiban berjihad senantiasa dikaitkan dengan modal harta sebagai pen dukung perjuangan. Empat dari 5 rukun Islam membutuhkan harta. Para Nabi dan pengikutnya juga adalah orang-orang yang bekerja bahkan sebagiannya saudagar kaya.
Motif. Inilah yang menjadi pembeda. Bagaimana memposisikan materi dalam kedudukan yang sewajarnya. Setinggi gunung emas yang dimiliki belum cukup banyak namun segenggam beras bisa jadi cukup bermakna. Kepemilikan harta untuk menambah kesempatan untuk beramal shalih. Biarkan harta ada di tangan tapi tidak di hati.
Inilah konsep zuhud, qanaah dan kehidupan seimbang dalam ajaran agama. Mencapai derajat lebih tinggi dengan menempatkan tujuan pada yang semestinya.
Capaian ruhani (irrational-goal) lebih kepada nilai-nilai hakiki sebagai tujuan bermuamalah (bisnis). Mengharap pahala dan balasan dari Allah, keberkahan hidup, kasih sayang sesama, persahabatan. Orang-orang yang berdagang dan ia jujur balasannya syurga. Menjalin silatirahim. Membangun network mendapatkan limpahan rejeki dan kasih sayang sesama.
Karena itu membangkitkan spiritualitas dapat dilakukan dengan mengubah motivasi hidup kita. Mengalihkan keinginan dari low-motive berupa materi, sensualitas, kekuatan dan gengsi menjadi motif yang lebih tinggi atau meta-motive, meskipun ia tak kentara, tapi lebih matang, lebih sehat, lebih beradap dan lebih utama. Motif ini adalah keinginan akan kebenaran dan keadilan, kebaikan dan berbuat baik demi orang lain, keindahan beribadah dalam nilai-nilai Ketuhanan atau yang oleh Plato diringkas sebagai hal yang baik, hal yang benar dan hal yang indah.
(karimun/jm/agt 05)