Thursday, March 23, 2006
Memahami Gagasan
Hari pertama yang menyenangkan. Panji berkenalan dengan teman-teman satu timnya. Mereka adalah pribadi-pribadi menarik yang mudah akrba dan memiliki semangat tinggi. Usia yang masih sebaya membuat mereka mudah akrab. Antin satu-satunya wanita dalam timnya. Ia terlihat anggun lagi supel. Berjilbab rapi dan tata bicara yang teratur menunjukkan wawasannya yang luas. Ada Jacky yang ceria dan suko humor. Ada Rudi yang sedikit pendiam namun berwibawa.
Menjelang istirahat mereka bertukar ide tentang teori pemasaran. Panji yang merasa baru dalam bidang ini membuka dengan pertanyaan “Bagaimana persepsi pembeli atau pelanggan tentang kebutuhannya?”
Dengan cepat Antin menjawab dari sudut pandang pelanggan, kebutuhan suatu produk sangat ditentukan oleh faktor 4 C, yaitu:
- customer needs and wants (kebutuhan dan keinginan pelanggan)
- cost to the customer (biaya pelanggan)
- convenience (kenyamanan)
- comunication (komunikasi)
“Tunggu, dari ke-empat faktor tersebut tersebut hanya 1 faktor yang terkait dengan harga (materi) dan tiga faktor lainnya adalah masalah hati, yakni kebutuhan, keinginan, kenyamanan dan empati.” Sahut Jacky.
“Tepat!” Panji menimpali. “Hal penting lainnya yang harus disadari adalah faktor diri sang pemasar. Agar ia dapat memenuhi kebutuhan pelanggan maka pemasar juga harus menyadari bahwa bisnis yang ia tekuni bukan hanya terkait masalah harga, biaya, nilai jual dan aspek materi lainnya. Kebutuhan akan kepuasan, kenyamanan dan empati juga harus dijawab dengan faktor hati sang pemasar.”
“Bagaimana menanamkan spirit dalam dirinya, nilai cinta, perasaan empati dan menumbuhkan jiwa melayani. Kemampuan inilah yang dinamakan kecerdasan spiritual seorang pemasar atau penjual.” Sambungnya.
Jacky merasa heran. Darimana Panji mendapat konsep kecerdasan spiritual dalam pemasaran itu. Apalagi ia baru saja bergabung dengan tim sales force di perusahaan ini.
“Ok. Sekarang kita ke PIC yang akan kita datangi. Kita sudah janji mengenalkan Panji. Pembicaraan tentang spiritualitas pemasaran nanti kita lanjutkan.” Antin menutup pembicaraan mereka.
Hari yang indah. Panji juga tidak sadar kalau dia baru saja meluncurkan sebuah gagasan baru dalam bidang pemasaran, bidang yang sudah lama digeluti temannya tersebut. Butuh pemahaman yang mendalam. Namun ia yakin bersama dengan berjalannya waktu ia akan menemukan kunci-kunci keberhasilan dalam profesi barunya.
(karimun/jm).
Menjelang istirahat mereka bertukar ide tentang teori pemasaran. Panji yang merasa baru dalam bidang ini membuka dengan pertanyaan “Bagaimana persepsi pembeli atau pelanggan tentang kebutuhannya?”
Dengan cepat Antin menjawab dari sudut pandang pelanggan, kebutuhan suatu produk sangat ditentukan oleh faktor 4 C, yaitu:
- customer needs and wants (kebutuhan dan keinginan pelanggan)
- cost to the customer (biaya pelanggan)
- convenience (kenyamanan)
- comunication (komunikasi)
“Tunggu, dari ke-empat faktor tersebut tersebut hanya 1 faktor yang terkait dengan harga (materi) dan tiga faktor lainnya adalah masalah hati, yakni kebutuhan, keinginan, kenyamanan dan empati.” Sahut Jacky.
“Tepat!” Panji menimpali. “Hal penting lainnya yang harus disadari adalah faktor diri sang pemasar. Agar ia dapat memenuhi kebutuhan pelanggan maka pemasar juga harus menyadari bahwa bisnis yang ia tekuni bukan hanya terkait masalah harga, biaya, nilai jual dan aspek materi lainnya. Kebutuhan akan kepuasan, kenyamanan dan empati juga harus dijawab dengan faktor hati sang pemasar.”
“Bagaimana menanamkan spirit dalam dirinya, nilai cinta, perasaan empati dan menumbuhkan jiwa melayani. Kemampuan inilah yang dinamakan kecerdasan spiritual seorang pemasar atau penjual.” Sambungnya.
Jacky merasa heran. Darimana Panji mendapat konsep kecerdasan spiritual dalam pemasaran itu. Apalagi ia baru saja bergabung dengan tim sales force di perusahaan ini.
“Ok. Sekarang kita ke PIC yang akan kita datangi. Kita sudah janji mengenalkan Panji. Pembicaraan tentang spiritualitas pemasaran nanti kita lanjutkan.” Antin menutup pembicaraan mereka.
Hari yang indah. Panji juga tidak sadar kalau dia baru saja meluncurkan sebuah gagasan baru dalam bidang pemasaran, bidang yang sudah lama digeluti temannya tersebut. Butuh pemahaman yang mendalam. Namun ia yakin bersama dengan berjalannya waktu ia akan menemukan kunci-kunci keberhasilan dalam profesi barunya.
(karimun/jm).