Tuesday, March 28, 2006
Dengan Cinta
Pembicaraan cinta belum berakhir. Dan memang kisah ini adalah kisah yang selalu menyertai kehidupan manusia. Sejak manusia diciptakan. Dengan cinta hidup menjadi dinamis, meskipun cinta juga bisa memicu malapetaka. Laksana Habil dan Qabil yang menjadi legenda abadi tentang perseteruan dan cinta. Rama dan Rahwana yang menjadi simbol pertentangan cinta.
Cemburu. Salah satu hiasan cinta. Inilah dinamika itu. Seorang suami akan sangat murka jika melihat istrinya bersama laki-laki lain, demikian juga sebaliknya. Sakit tak terbendung tatkla kekasih berpaling. Pun ketika pujaan hati dengan terpaksa meninggalkan kita. Inilah awal kisah pilu yang tidak jarang menyulut perseteruan.
Sebaliknya, rasa cemburu secara positif mampu memicu semangat juang. Seperti Samsul Bahri berjuang menaklukan Siti Nurbaya meskipun Datuk Maringgih memegang kuasa. Dan Rama pun rela menyabung nyawa untuk merebut Shinta dari Rahwana. Inilah keajaiban. Cemburu dalam bahasa Arab disebut dengan ghirah atau perasaan tidak rela jika terjadi sesuatu pada yang dicintainya. Dalam arti lain juga berarti semangat bahkan ada yang mengartikan fanatisme. Ghirah seorang pada agamanya sanggup membangkitkan semangat juang yang kuat dalam dirinya. Jihad. Dalam bahasa lain adalah gairah. Zest.
Jika seorang marketer mengaku mencintai pelanggannya, tentu juga memiliki kecemburuan padanya.
Seperti yang baru saja dialami Panji. Beberapa saat setelah istirahat siang, seorang pelanggan datang ke customer service. Kebetulan Panji sedang berbincang dengan rekan di front line sambil membicarakan beberapa hal terkait dengan pelanggan. Tiba-tiba datang dua orang berkulit putih. Setelah dipersilakan duduk mereka menyatakan ingin berhenti dari berlangganan. Setelah disebutkan alasannya, Panji dan temannya di CSR berusaha menjelaskan duduk permasalahannya. Mereka mengerti dan mau memahami. Namun tetap bersikukuh untuk berhenti. Padahal jika dilihat pemakainnya ia cukup potensial. Pembayaran tagihan juga ia lakukan dengan auto debet di Bank. Dengan berbagai upaya diberikan penjelasan tamu ini tetap pada keyakinannya dan ingin berhenti berlangganan.
Hingga Panji pun tak sanggup menahannya dan dengan berat hati menyerahkan form berhenti langganan. Hingga orang tersebut selesai menandatangani form, menyerahkan pembayaran dan menerima kuitansi, Panji masih tetap terpaku. Apalagi ketika melihat mereka pergi meninggalkan galeri. Pilu dihati Panji.
Kecewa. Pasti. Inilah kecemburuan yang ia alami. Kehilangan seorang pelanggan adalah satu hal yang menyakitkan. Seperti juga kehilangan seorang kekasih. Sebagai marketer sejati, pelanggan adalah kekasihnya yang lain. Ia membayangkan sepulang dari tempat ini pelanggan tersebut akan menuju ke counter pesaingnya. Mengisi form aplikasi dan menjadi pelanggan di ‘toko sebelah’. Kepala Panji terasa berat. Ia kembali ke meja kerjanya dan jarinya memencet tuts keyboard untuk menulis kegalauannya dalam catatan pribadinya.
Terlanjur cinta. Inilah kejadiannya. Panji memang mencintai semua pelanggannya. Tidak peduli yang banyak kontribusi pada pendapatan perusahaannya maupun yang hanya pelanggan biasa. Hanya tentu saja ia memiliki cara perlakuan yang berbeda. Baginya pelanggan adalah segalanya bagi profesi yang ia geluti. Tanpa mereka tidak ada apa-apanya seorang sales.
Maka kasihilah pelanggan dengan cinta. Kelak akan muncul ghirah dalam diri Anda.
(karimun/jm)